| Pengobatan   dimulai dengan usaha untuk mencegah penyakit arteri koroner, memperlambat   progresivitasnya atau melawannya dengan mengatasi faktor-faktor resikonya. Faktor resiko utama (misalnya peningkatan tekanan darah dan kadar   kolesterol), diobati sebagaimana mestinya.
 Faktor resiko terpenting yang bisa dicegah adalah merokok sigaret.
 
 Pengobatan angina terutama tergantung kepada berat dan kestabilan   gejala-gejalanya.
 Jika gejalanya stabil dan ringan sampai sedang, yang paling efektif adalah   mengurangi faktor resiko dan mengkonsumsi obat-obatan.
 
 Jika gejalanya memburuk dengan cepat, biasanya penderita segera dirawat dan   diberikan obat-obatan di rumah sakit.
 Jika gejalanya tidak menghilang dengan obat-obatan, perubahan pola makan dan gaya hidup, maka bisa   digunakan angiografi untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan pembedahan bypass   arteri koroner atau angioplasti.
 
 
 STABLE ANGINA
 
 Pengobatan dimaksudkan untuk mencegah atau mengurangi iskemia dan   meminimalkan gejala.
 Terdapat 4 macam obat yang diberikan kepada penderita:
 
 1.   Beta-blocker Obat ini mempengaruhi efek hormon epinephrine dan norepinephrine   pada jantung dan organ lainnya.
 Beta blocker mengurangi denyut jantung pada saat istirahat. Selama melakukan   aktivitas, beta-blocker membatasi peningkatan denyut jantung sehingga   mengurangi kebutuhan akan oksigen.
 Beta-blocker dan nitrat telah terbukti mampu mengurangi kejadian serangan jantung   dan kematian mendadak.
 
 2.   Nitrat   (contohnya nitroglycerin). Nitrat menyebabkan pelebaran pada dinding pembuluh darah, terdapat dalam   bentuk short-acting dan long-acting.
 Sebuah tablet nitroglycerin yang diletakkan di bawah lidah (sublingual)   biasanya akan menghilangkan gejala angina dalam waktu 1-3 menit, dan efeknya   berlangsung selama 30 menit.
 Penderita stable angina kronik harus selalu membawa tablet atau   semprotan nitroglycerin setiap saat.
 Menelan sebuah tablet sesaat sebelum melakukan kegiatan yang diketahui   penderita dapat memicu terjadinya angina, akan sangat membantu penderita.
 Nitroglycerin tablet juga bisa diselipkan diantara gusi dan pipi bagian dalam   atau penderita bisa menghirup nitroglycerin yang disemprotkan ke dalam mulut;   tetapi yang banyak digunakan adalah pemakaian nitroglycerin tablet   sublingual.
 
 Nitrat long-acting diminum sebanyak 1-4 kali/hari.
 Nitrat juga terdapat dalam bentuk plester dan perekat kulit, dimana obat ini   diserap melalui kulit selama beberapa jam.
 Nitrat long-acting yang dikonsumsi secara rutin bisa segera kehilangan   kemampuannya untuk mengurangi gejala. Oleh karena itu sebagian besar ahli   menganjurkan selang waktu selama 8-12 jam bebas obat untuk mempertahankan   efektivitas jangka panjangnya.
 
 3.   Antagonis   kalsium Obat ini mencegah pengkerutan pembuluh darah dan bisa mengatasi kejang arteri   koroner.
 Antagonis kalsium juga efektif untuk mengobati variant angina.
 Beberapa antagonis kalsium (misalnya verapamil dan diltiazem) bisa   memperlambat denyut jantung.
 Obat ini juga bisa digabungkan bersama beta-blocker untuk mencegah terjadinya   episode takikardi (denyut jantung yang sangat cepat).
 
 4.   Antiplatelet   (contohnya aspirin) Platelet adalah suatu faktor yang diperlukan untuk terjadinya   pembekuan darah bila terjadi perdarahan. Tetapi jika platelet terkumpul pada ateroma   di dinding arteri, maka pembentukan bekuan ini (trombosis) bisa   mempersempit atau menyumbat arteri sehingga terjadi serangan jantung.
 Aspirin terikat pada platelet dan mencegahnya membentuk gumpalan dalam   dinding pembuluh darah, jadi aspirin mengurangi resiko kematian karena   penyakit arteri koroner.
 Penderita yang alergi terhadap aspirin, bisa menggunakan triklopidin.
 
 
 UNSTABLE ANGINA
 
 Pada umumnya penderita unstable angina harus dirawat, agar pemberian obat   dapat diawasi secara ketat dan terapi lain dapat diberikan bila perlu.
 
 Penderita mendapatkan obat untuk mengurangi kecenderungan terbentuknya bekuan   darah, yaitu:
 - Heparin (suatu antikoagulan yang mengurangi pembentukan bekuan   darah)
 - Penghambat glikoprotein IIb/IIIa (misalnya absiksimab atau tirofiban)
 - Aspirin.
 
 Juga diberikan beta-blocker dan nitrogliserin intravena untuk mengurangi   beban kerja jantung.
 Jika pemberian obat tidak efektif, mungkin harus dilakukan arteriografi   koroner dan angioplasti atau operasi bypass.
 
 Operasi bypass arteri koroner
 
 Pembedahan ini sangat efektif dilakukan pada penderita angina dan penyakit   arteri koroner yang tidak meluas.
 Pembedahan ini bisa memperbaiki toleransi penderita terhadap aktivitasnya,   mengurangi gejala dan memperkecil jumlah atau dosis obat yang diperlukan.
 
 Pembedahan dilakukan pada penderita angina berat yang:
 - tidak menunjukkan perbaikan pada pemberian obat-obatan
 - sebelumnya tidak mengalami serangan jantung
 - fungsi jantungnya normal
 - tidak memiliki keadaan lainnya yang membahayakan pembedahan (misalnya   penyakit paru obstruktif menahun).
 
 Pembedahan ini merupakan pencangkokan vena atau arteri dari aorta ke arteri   koroner, meloncati bagian yang mengalami penyumbatan.
 Arteri biasanya diambil dari bawah tulang dada. Arteri ini jarang mengalami   penyumbatan dan lebih dari 90% masih berfungsi dengan baik dalam waktu 10   tahun setelah pembedahan dilakukan.
 Pencangkokan vena secara bertahap akan mengalami penyumbatan.
 
 Angioplasti koroner
 
 Alasan dilakukannya angioplasti sama dengan alasan untuk pembedahan bypass.
 Tidak semua penyumbatan bisa menjalani angioplasti, hal ini tergantung kepada   lokasi, panjang, beratnya pengapuran atau keadaaan lainnya.
 
 Angioplasti dimulai dengan menusuk arteri perifer yang besar (biasanya arteri   femoralis di paha) dengan jarum besar. Kemudian dimasukkan kawat penuntun   yang panjang melalui jarum menuju ke sistem arteri, melewati aorta dan masuk   ke dalam arteri koroner yang tersumbat.
 Sebuah kateter (selang kecil) yang pada ujungnya terpasang balon   dimasukkan melalui kawat penuntun ke daerah sumbatan. Balon kemudian   dikembangkan selama beberapa detik, lalu dikempiskan.
 Pengembangan dan pengempisan balon diulang beberapa kali.
 
 Penderita diawasi dengan ketat karena selama balon mengembang, bisa terjadi   sumbatan alliran darah sesaat. Sumbatan ini akan merubah gambaran EKG dan   menimbulkan gejala iskemia.
 
 Balon yang mengembang akan menekan ateroma, sehingga terjadi   peregangan arteri dan perobekan lapisan dalam arteri di tempat terbentuknya   sumbatan.
 Bila berhasil, angioplasti bisa membuka sebanyak 80-90% sumbatan.
 
 Sekitar 1-2% penderita meninggal selama prosedur angioplasti dan 3-5%   mengalami serangan jantung yang tidak fatal.
 Dalam waktu 6 bulan (seringkali dalam beberapa minggu pertama setelah   prosedur angioplasti), arteri koroner kembali mengalami penyumbatan pada   sekitar 20-30% penderita.
 
 Angioplasti seringkali harus diulang dan bisa mengendalikan penyakit arteri   koroner dalam waktu yang cukup lama.
 Agar arteri tetap terbuka, digunakan prosedur terbaru, dimana suatu alat yang   terbuat dari gulungan kawat (stent) dimasukkan ke dalam arteri. Pada   50% penderita, prosedur ini tampaknya bisa mengurangi resiko terjadi   penyumbatan arteri berikutnya.
 
 
 PROGNOSIS
 
 Faktor penentu dalam meramalkan apa yang akan terjadi pada penderita angina   adalah umur, luasnya penyakit arteri koroner, beratnya gejala dan yang terpenting   adalah jumlah otot jantung yang masih berfungsi normal.
 Makin luas arteri koroner yang terkena atau makin buruk penyumbatannya, maka   prognosisnya makin jelek.
 
 Prognosis yang baik ditemukan pada penderita stable angina dan penderita   dengan kemampuan memompa yang normal (fungsi otot ventrikelnya normal).   Berkurangnya kemampuan memompa akan memperburuk prognosis.
 
 | 
0 komentar:
Posting Komentar