background

Tampilkan postingan dengan label Bidan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bidan. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 05 September 2009

Ilmu Kebidanan

Kata Pengantar



Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Alloh SWT karena berkat rahmat dan inayah-Nya tugas Remedial ini telah selesai. Mohon maaf apabila banyak kesalahan dalam penulisan makalah ini. Mohon di maklumi karena masih dalam proses pembelajaran Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas remedial obstetri dan fisioligi.
Terima kasih juga saya ucapkan ke[pada teman-teman yang telah membantu mengumpulkan sumber tentang obstetri fisiologi. Akhir kata mudah- mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi saya sendiri khususnya dan bagi teman-teman sekalian umumnya.






Bandung, 13 mei 2009



..............................






















BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Wanita memiliki tubuh yang kompleks. Mereka mengalami proses perkembangan anatomis, fisiologis, dan reproduksi selama kehidupannya: mulai masa anak – anak, kemudian tumbuh menjadi remaja dan dewasa. Bersamaan dengan itu, tumbuh dan berkembang pula organ – organ tubuhnya sebagai seorang wanita yang sempurna.
Pertumbuhan dan perkembangan beberapa anatomi tubuh wanita hamper sama dengan pria. Namun, banyak penelitian yang membuktikan bahwa beberapa organ tubuh wanita tidak sama dengan pria, terutama yang berhubungan dengan fungsi reproduksi, seperti organ ginjal, system endokrin, dan tulang kerangka. Seiring dengan itu, secara fisik wanitamengalami perubahan tahap demi tahap yang membuatnya berbeda dari seorang pria. Mulai dari kulit, bentuk dan lemak tubuh, serta struktur otot. Perubahan tersebut dipengaruhi oleh system endokrin wanita.1
yang terbentuk pada system reproduksi sejak wanita masih janin sampai tumbuh dewasa, sebenarnya untuk membuat fungsi reproduksinya sempurna, yaitu dapat hamil dan melahirkan generasi yang sehat dan sempurna. Oleh karena itu, semua kekhasan yang dimiliki wanita bertujuan untuk mendukung dan melengkapinya. Awal kesempurnaan itu ditandai dengan datangnya menstruasi dan mulai saat itu semua organ anatomi, fisik, dan reproduksi saling bekerjasama untuk menyempurnakan fungsi reproduksi wanita. Proses ini berlangsung terus sampai berakhirnya masa produktif wanita, yaitu saat haid berhenti permanen.
1.2 Permasalahan
kehidupan terkadang berjalan tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Gangguan atau kelainan pada tubuh atau organ reproduksi dapat datang dari berbagai factor, misalnya factor yang diturunkan saat pembentukan sel – sel tubuh saat dalam rahim ibu atau dari factor prilaku manusia sendiri, seperti lingkungan fisik atau social, dan gaya hidup.
Oleh karena itu, pada beberapa wanita, ada yang mengalami satu atau lebih masalah atau gangguan pada organ reproduksinya. Masalah atau gangguan ini bukan hanya berpengaruh pada gangguan fungsi reproduksi, tetapi juga kualitas hidup seorang wanita.
Untuk itu, meskipun semua prose situ adalah alami, tetapi tetap membutuhkan perhatian dari wanita sendiri, maupun pihak lain yang berhubungan. Ingatlah pepatah bahwa masa lalu, masa kini, dan masa akan dating tidak terlepas sendiri, tetapi saling berhubungan. Jika sejak kecil hingga dewasa seorang wanita sudah memelihara kesehatan tubuhnya dengan baik, dimasa yang akan datang tidak akan mendapatkan masalah yang berarti. Semua ini bertujuan meningkatkan kualitas hidup wanita dalam menjalani kehidupan sehari – harinya dengan sehat dan aktif.


























BAB II
PEMBAHASAN

1.1 OBSTETRI (ILMU KEBIDANAN)

A. Definisi :
Obstetri(Ilmu Kebidanan): ad.ilmu yangmempelajari kehamilan,persalinan nifas dan bayi yg baru dilahirkan.
Obstetri ada yg mengatakan asal kata:
Odstetrix = membantu seseorang yg sedang bersalin)
Obstare = berdiri disamping wanitayg sedang bersalin
Di Indonesia kata Kebidanan/Bidan berSumber dari bhs Sangsakerta yaitu:
Widwan (= Cakap,membidan).dimana keluarga mengadakan sedekah bagi penolong bersalin yg pamit stlh bayi usia 40 hari.
Maksud & tujuan Ilmu Kebidanan
Membawa ibu dan anak selamat melalui masa kehamilan,persalinan & nifas dgn
kerusakan yang seminimal mungkin.Untuk mewujudkan tujuan tsb dilakukan usaha-usaha yg dikenal sebagai :

B. Pelayanan Kebidanan (=Maternity care)
Berdasarkan maksud & tujuan diatas kita dapat mengetahui kualitas pelayanan kebidanan disuatu tempat, dengan melihat:
1. Jlh kematian ibu.
2. Jlh kematian bayi
 Kematian ibu akibat proses reproduksi
90% kematian ibu tsb terjadi dinegaraberkembang isiko kematian maternal di :
1. Negara berkembang 1 : 29.
2. Negara maju 1 : 29.000.
Pada penelitian setiap kematian maternal berarti ada 16 kasus kesakitan(morbiditas) maternal.


D.lh Kematian ibu di Indonesia tertinggi di ASEAN.
1. Indonesia : 307/100.000.
2. Vietnam : 130/100.000.
3. Thailand : 44/100.000.
4. Malaysia : 41/100.000.
5. Singapore : 30/100.000.
AKB di Indonesia tertinggi di ASEAN.
1. 2 – 3 X lebih tinggi.
2. SDKI (1997) : KB52/1000.
3. (2005) : B35/1000.
4. SDKI (2003) : AKB 44/1000.
5. (2005) : AKB 40,8/1000.
F.Penyebab kematian Ibu & Bayi
 Penyebab kematian maternal
1.Infeksi (14%).
2.Perdarahan (25%).
3.HDK/preeklamsi,eklampsi 13%).
4.Unsafe abortion (13%)
5.Lain2(a.l,partus lama) (7%).


 Di Indonesia penyebab kematian maternal
1.Infeksi (36%).
2.Perdarahan (34%).
3.HDK/preeklamsi,eklamsi (17%).
4.Lain2 (a.l,partus lama) (13%).
Kematian Bayi :
1.Gg-an sistem respirasi (30%).
2.Gg-an perinatal (29%).
3.Diare (14%).
4.Lain-lain. (Tidak di ketahui)
G.Kenapa AKI/AKB di Indonesia
 Ada beberapa faktor penyebabnya
1. F.Pelayanan yg kurang (petugas,sarana & fasilitas).
2. F.Distribusi pelayanan tak merata.
3. F.Pengetahuan masyarakat.(4 T)
4. F.Geografis.
5. F.Sosek masyarakat.
 Usaha untuk menurunkan AKI & AKB a.l :
1. Peningkatan pendidikan wanita.
2. Peningkatan sarana pelayanan.
3. Distribusi petugas& sarana kes.yg merata kepelosok tanah air.
4. Transportasi& komunikasi yg baik.
5. Upaya perbaikan gizi

Peningkatan ekonomi masyarakat DEPKES dalam mempercepat penurunan

AKI & AKB mengupayakan agar :
1.Setiap persalinan ditolong/minimal didampingi oleh bidan.
2.Pelayanan obstetri sedekat mungkin kepada ibu hamil 3.Partus ol.tenaga kes.85%---(th 2010).

Istilah-istilah penting:

 Kematian ibu (WHO) : kematian seorang
wanita dlm masa kehamilan atau dlm waktu 42 hari setelah pengakhiran kehamilan tanpa memandang usia keham.atau letak kehamilan.

 Stillbirth(lahir mati); kelahiran anak tanpa tanda-tanda kehidupan.
 Kematian perinatal : jlh lahir mati + kematian jabang bayi >1000 gram.

 Kematian jabang bayi: kematian bayi yg lahir hidup dlm mgg I lahir.


8
 AKI=Jlh kematian ibu akibat langsung proses reproduksi : 100.000 kelahiran hidup.
 AKB=Jlh bayi mati<1th : 1000 kelahiran hidup.
 F.R=Jlh lahir hidup :1000 wanita U 15-49th.
 Masa perinatal : masa dari keham.28 mgg sampai 28 hari pasca salin.
 Graviditas : mulai dari pembuahan & berakhir permulaan persalinan.
 Partus: proses pengeluaran bayi& plasenta dari badan ibu.
 Puerperium(nifas): masa setelah persalinan diperlukan u/ pulihnya alat kandungan kekeadaan sebelum hamil



1.2 ANATOMI PANGGUL

Ada 3 faktor yang mempengaruhi proses persalinan yaitu :

1.Jalan lahir (Passage).
2.Janin ( Passanger).
3.Tenaga pada ibu ( Power).

Jalan lahir dibagi 2 :
1.Bagian tulang ( Rangka panggul).
2.Bagian lunak ( Otot , jar lunak ,lig.)
9

Bagian tulang ( Rangka Panggul).

A. Tulang panggul.
B. Sendi panggul.
C. Bidang & Diameter panggul.
D. Bentuk panggul
E. Ukuran panggul & Penentuan klinis ukuran panggul.

A. TULANG PANGGUL ( BONY PELVIS) Terdiri dari :

1. Os Coxae .
2. Os Sacrum.
3. Os Coccygis.


10
1. Os Coxae Terdiri dari :
*. Os Ilium.
*. Os Ischium.
*. Os Pubis.





2. OS SACRUM Terdiri dari :
a.For.sacralis anterior dilewati oleh plexus sacralis nyeri dan kramp kaki hingga kepala bayi turun ke ruang panggul.
b.Crista sacralis.
c.Promontorium.


11

3.OS COCCYGIS ;

Pada saat persalinan terdorong ke posterior pelvic out let menjadi luas.

B.SENDI PANGGUL

Didepan :
Dihubungkan dgn Os Pubis kiri & kanan,Symphisis pubis, yg terdiri dari o.fibrocartilage.
o.lig.pubis superior
o.lig.pubis inferior
Dibelakang :
Sendi sacro-iliaca yang mempunyai tk tertentu pergerakannya.
Dibawah terdapat :
Sendi sacro-coccygea yang mempunyai tk tertentu pergerakannya terutama dalam kehamilan dan persalinan (=2,5 cm)






12


C. BIDANG DAN DIAMETER PANGGUL
Secara fungsional panggul terdiri :

1.PELVIS MAYOR ( False pelvis).
2.PELVIS MINOR ( True pelvis).

1.PELVIS MAYOR ( False pelvis).
Terletak diatas linea innominata.
Dibentuk oleh :
o.Vert.lumbalis----bag.belakang
o.Fossa iliaca----bag.lateral.
o.Ddg abd.depan bag bawah
2.PELVIS MINOR ( True pelvis).
Bag.penting dalam proses melahirkan.
Dibentuk oleh :
Diatas Promontorium, Linea innominata ,Pinggir atas tlg pubis.
13
Dibawahnya oleh : PBP (pelvic out let)

Pelvis minor mempunyai 4 bidang imaginer.
1.B.A.P Pelvic inlet.
2.Bidang Luas Panggul.
3.Bidang tengah panggulMidpelvic
4.B.B.P Pelvic Out let

D.BIDANG PANGGUL
BIDANG HODGE :
H I : Promontorium pinggir atas simfisis.
H II : Pinggir bawah simfisis.
H III: Spina ischiadika.
H IV: Ujung coccygeus.
Bentuk Pelvis Minor seperti saluran yang mempunyai sumbu melengkung kedepan Sumbu Carus
 UKURAN PANGGUL DALAM:
1.P.A.P (=Pelvic inlet )
C.D.(=Conjugata Diagonalis )
C.V. = ( C.D – ( 1,5 – 2 cm ) )
Normal > 10 cm
2.Ruang Tengah Panggul ( Mid pelvis)
( Tak dapat dinilai secara klinis )

14
Diameter interspinosum > 10 cm
Diameter A-P > 11 cm
3.P.B.P (= Pelvic outlet )
Diameter A-P 9,5 – 11,5 cm
Diameter Transversa 11 cm.
 KURAN PANGGUL LUAR.
Alat yg dipakai untuk ukuran ini a.l :
Pita meter.
Jangka panggul Martin,Oseander,Collin
dan Baudeloque.
Yang diukur dari Panggul luar :
1.Distansia Spinosum ( 24 – 26 cm )
2.Distansia kristarum ( 28 – 30 cm )
3.Conj.Eksternal (Baudeloque) 18-20 cm
4.Lingkaran panggul (80 – 90 cm.)
5.Distansia Trochanterica ( 31 cm )





15


D. JENIS-JENIS PANGGUL MENURUT CALDWELL & MOLOY

1.Ginekoid : Paling ideal,bulat : 45%
2.Android : Pria,segitiga : 15 %.
3.Antropoid: Agak lonjong : 35 %.
4.Plateploid: Picak : 5 %. Biasanya tipe campuran ( mixed type) lebih sering dijumpai dari pada tipe aslinya ( pure type ) a.l :
Jenis Ginekoid – Android.
Jenis Ginekoid – Antropoid.
Jenis kombinasi lainnya

2.BAGIAN LUNAK PANGGUL.
Terdiri : a. OTOT-OTOT.
b.LIGAMENT.
Fungsi : menutupi panggul bag.dlm & bawah. Bag.bawah dasar panggul Diafragma pelvis






16

Diafragma pelvis
Pars muscularis Pars membranacea (=m.levator ani)(diafrag.urogenitalis)
m.pubococcygeus
m.iliococcygeus
m.ischiococcygeus

 DAERAH PERINEUM

Bag.permukaan PBP,terdiri :
Regio analis
Regio urogenitalis (m.sph.ani ext.)
m.bulbo cavernosa
m.ischio cavernosa
m.trans.perinei supfis



17

1.3ANATOMI ALAT GENITALIA WANITA

Alat genitalia wanita dibagi 2 gol :

1.Genitalia eksterna (= Vulva ).
2.Genitalia interna.

I.Genitalia eksterna terdiri :
o.Mons veneris.
o.Labia majora & minora.
o.Clitoris.
o.Vestibulum.
o.Hymen.
o.Orifisium urethra eksterna.
o.Kel.Bartholini & Skene.



18
2.Genitalia interna :
o.Vagina.
o.Uterus.
o.Tuba Fallopi.
o.Ovarium
o.Ligament-ligament uterus.


VAGINA
*.Sal.musculo-membranosa yg meluas dari vulva ---- uterus.
*.Dinding depan (= 9 cm).,Dinding belakang (=11 cm).
*.Pada nulliparous terdapat rugae.
*.Sel2 epithel ngandung glikogen.
*.Ada bakteri Doderlain.
*.pH = 4,5 -- proteksi terhadap infeksi.
Fungsi vagina :
o.Sebagai sal.keluar dari uterus.
o.Sebagai alat persetubuhan.
o.Sebagai jalan lahir.

UTERUS :
o.Bentuk spt buah alpukat.
o.Terdiri atas :

19
Corpus uteri --btk segitiga.
Cervix uteri --silendris.
o.Panjang 7,5 cm.
Tebal : 2,5 cm.
Tebal otot : 1,2 cm.




Dinding uterus terdiri :
o.Perimetrium.
o.Miometrium.
o.Endometrium hamil decidua
Struktur otot uterus 3 lapisan, Tersusun spt anyaman.




20




 TUBA FALLOPI.

Panjang : 12 cm, 0 : 3-8 mm
o.Pars interstitialis : 1 cm .0:< 1 mm.
o.Pars isthmica : 2 cm. 0:1 mm.
o.Pars ampullaris : 5 cm.
o.Infudibulum : 2 cm,spt umbai2.
Fngsinya membawa ovum yang di lepaskan ovarium ke cavum uteri





21
 Ovarium.
 2 buah kiri & kanan.
 Pjg.3 cm;lebar 1,5 cm & btk oval.
 Dihub.dgn uterus oleh lig.ovariiproprium.
 Terdiri dari cortex & medulla.
 Cortex berisi foll.promordial.
 Medulla berisi p.d,pem.limpe & saraf.

 LIGAMENT UTERUS.

1.Lig.Latum (Broad lig.).
2.Lig. rotundum (Round lig.)
3.Lig.Infundibulum pelvicum. ( Lig.suspensorium ovarii).
4.Lig.cardinale (Makenrodt).
5.Lig.Sacro-uterinum.
6.Lig.Sacro-uterinum.



O.Parametrium : jar.ikat antara ke 2 lembar lig.latum.
O.Mesosalpinx : bag.atas lig.latum yang mengandung tuba.
O.Mesometrium: bag.caudal lig.latum berhub.dgn uterus.


22

O.Mesovarium : peritoneum u/.ovarium
O.Posisi uterus dalam R.Panggul.
1.Ante & retro – flexio.
2.Ante & retro _ versio.
3.Torsio.
O.Pembuluh darah uterus .
1.A.Uterina.
2.A.Ovarica.
Sikap & letak uterus ditengah r.panggul dipertahankan oleh :
1.Tonus otot uterus sendiri.
2.Ligament-ligament uterus.
3.Otot-otot dasar panggul.
O.Posisi uterus dalam R.Panggul.
1.Ante & retro – flexio.
2.Ante & retro _ versio.
3.Torsio.
O.Pembuluh darah uterus .
1.A.Uterina.
2.A.Ovarica.




23
BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan :
semua proses yang terbentuk pada system reproduksi sejak wanita masih janin sampai tumbuh dewasa, sebenarnya untuk membuat fungsi reproduksinya sempurna, yaitu dapat hamil dan melahirkan generasi yang sehat dan sempurna. Oleh karena itu, semua kekhasan yang dimiliki wanita bertujuan untuk mendukung dan melengkapinya. Awal kesempurnaan itu ditandai dengan datangnya menstruasi dan mulai saat itu semua organ anatomi, fisik, dan reproduksi saling bekerjasama untuk menyempurnakan fungsi reproduksi wanita. Proses ini berlangsung terus sampai berakhirnya masa produktif wanita, yaitu saat haid berhenti permanen.
Selama masa produktif, sebagian wanita menjalani proses tersebut dangan alami dan normal, yaitu mengalami siklus haid yang teratur setiap bulan dan tidak mengalami keluhan yang berarti pada system atau organ yang berhubungan dengan system reproduksi.
Namun, kehidupan terkadang berjalan tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Gangguan atau kelainan pada tubuh atau organ reproduksi dapat datang dari berbagai factor, misalnya factor yang diturunkan

iii
saat pembentukan sel – sel tubuh saat dalam rahim ibu atau dari factor prilaku manusia sendiri, seperti lingkungan fisik atau social, dan gaya hidup.
Oleh karena itu, pada beberapa wanita, ada yang mengalami satu atau lebih masalah atau gangguan pada organ reproduksinya. Masalah atau gangguan ini bukan hanya berpengaruh pada gangguan fungsi reproduksi, tetapi juga kualitas hidup seorang wanita.
Untuk itu, meskipun semua prose situ adalah alami, tetapi tetap membutuhkan perhatian dari wanita sendiri, maupun pihak lain yang berhubungan. Ingatlah pepatah bahwa masa lalu, masa kini, dan masa akan dating tidak terlepas sendiri, tetapi saling berhubungan. Jika sejak kecil hingga dewasa seorang wanita sudah memelihara kesehatan tubuhnya dengan baik, dimasa yang akan datang tidak akan mendapatkan masalah yang berarti. Semua ini bertujuan meningkatkan kualitas hidup wanita dalam menjalani kehidupan sehari – harinya dengan sehat dan aktif.

1.2 Saran :
Untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak maka usaha nyata yang perlu di lakukan adalah :
 Meningkatkan pendidikan wanita
 Meningkatkan sarana pelayanan

iv
 Pemerataan distribusi petugas sarana kesehatan ke pelosok tanah air
 Menyediakan sarana transportasi dan komunikasi yang baik
 Melakukan upaya perbaikan gizi
 Upaya peningkatan ekonomi masyarakat

Tetap jaga personal higiene seperti :
 kebersihan kulit dengan mandi minimal 2x
 kebersihan rambut dengan keramas
 kebersihan gigi misalkan sikat gigj
 dan vulva hygiene dengan ganti calana dalam untuk mencegah lekore (keputihan), kanker cerviks dan patologi lainya.

Kista Ovarium

Kista ovarium
Kista ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada indung telur atau ovarium. Cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh semacam selaput yang terbentuk dari lapisan terluar dari ovarium.

Penyebab
Kista ovarium terbentuk oleh bermacam sebab. Penyebab inilah yang nantinya akan menentukan tipe dari kista. Diantara beberapa tipe kista ovarium, tipe folikuler merupakan tipe kista yang paling banyak ditemukan. Kista jenis ini terbentuk oleh karena pertumbuhan folikel ovarium yang tidak terkontrol.
Folikel adalah suatu rongga cairan yang normal terdapat dalam ovarium. Pada keadaan normal, folikel yang berisi sel telur ini akan terbuka saat siklus menstruasi untuk melepaskan sel telur. Namun pada beberapa kasus, folikel ini tidak terbuka sehingga menimbulkan bendungan carian yang nantinya akan menjadi kista.

Cairan yang mengisi kista sebagian besar berupa darah yang keluar akibat dari perlukaan yang terjadi pada pembuluh darah kecil ovarium. Pada beberapa kasus, kista dapat pula diisi oleh jaringan abnormal tubuh seperti rambut dan gigi. Kista jenis ini disebut dengan Kista Dermoid.

Gejala
Sebagian besar wanita tidak menyadari bila dirinya menderita kista. Seandainya menimbulkan gejala maka keluhan yang paling sering dirasakan adalah rasa nyeri pada perut bagian bawah dan pinggul. Rasa nyeri ini timbul akibat dari pecahnya dinding kista, pembesaran kista yang terlampau cepat sehingga organ disekitarnya menjadi teregang, perdarahan yang terjadi di dalam kista dan tangkai kista yang terpeluntir.

Diagnosa
Pemeriksaan USG masih menjadi pilihan utama untuk mendeteksi adanya kista. Selain itu, MRI dan CT Scan bisa dipertimbangkan tetapi tidak sering dilakukan karena pertimbangan biaya.

Komplikasi
Beberapa ahli mencurigai kista ovarium bertanggung jawab atas terjadinya kanker ovarium pada wanita diatas 40 tahun. Mekanisme terjadinya kanker masih belum jelas namun dianjurkan pada wanita yang berusia diatas 40 tahun untuk melakukan skrining atau deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya kanker ovarium.

Faktor resiko lain yang dicurigai adalah penggunaan kontrasepsi oral terutama yang berfungsi menekan terjadinya ovulasi. Maka dari itu bila seorang wanita usia subur menggunakan metode konstrasepsi ini dan kemudian mengalami keluhan pada siklus menstruasi, lebih baik segera melakukan pemeriksaan lengkap atas kemungkinan terjadinya kanker ovarium.

Pengobatan
Umumnya kista ovarium pada wanita usia subur akan menghilang dengan sendirinya dalam 1 sampai 3 bulan. Meskipun ada diantaranya yang pecah namun tidak akan menimbulkan gejala yang berarti. Kista jenis ini termasuk jinak dan tidak memerlukan penanganan medis. Kista biasanya ditemukan secara tidak sengaja saat dokter melakukan pemeriksaan USG. Meskipun demikian, pengawasan tetap harus dilakukan terhadap perkembangan kista sampai dengan beberapa siklus menstruasi. Bila memang ternyata tidak terlalu bermakna maka kista dapat diabaikan karena akan mengecil sendiri.

Pemeriksaan USG sangat berperanan dalam menentukan langkah penatalaksanaan kista ovarium. Dengan USG dapat dilihat besarnya kista, bentuk kista, isi dari kista dan lain sebagainya. Jika memang kista ovarium tumbuh membesar dan menimbulkan keluhan akibat dari peregangan organ sekitar kista maka perlu dipertimbangkan untuk melakukan operasi pengangkatan kista. Jangan lupa untuk segera membawa jaringan kista ke laboratorium patologi anatomi untuk mengetahui kemungkinan kista tersebut berkembang menjadi kanker.
Kondiloma acuminata












Kutil Genitalis (Kondiloma Akuminata)
DEFINISI
Kutil Genitalis (Kondiloma Akuminata) merupakan kutil di dalam atau di sekeliling vagina, penis atau dubur, yang ditularkan melalui hubungan seksual.
Kutil genitalis sering ditemukan dan menyebabkan kecemasan karena:
- tidak enak dilihat,
- bisa terinfeksi bakteri
- bisa merupakan petunjuk adanya gangguan sistem kekebalan.
PENYEBAB
Virus papilloma.
Pada wanita, virus papiloma tipe 16 dan 18, yang menyerang leher rahim tetapi tidak menyebabkan kutil pada alat kelamin luar dan bisa menyebabkan kanker leher rahim. Virus tipe ini dan virus papiloma lainnya bisa menyebabkan tumor intra-epitel pada leher rahim (ditunjukkan dengan hasil Pap-smear yang abnormal) atau kanker pada vagina, vulva, dubur, penis,mulut, tenggorokan atau kerongkongan.
GEJALA
Kutil genitalis paling sering tumbuh di permukaan tubuh yang hangat dan lembab. Pada pria, area yang sering terkena adalah ujung dan batang penis dan dibawah kulit depannya (jika tidak disunat). Pada wanita, kutil timbul di vulva, dinding vagina, leher rahim (serviks) dan kulit di sekeliling vagina. Kutil genitalis juga bisa terjadi di daerah sekeliling anus dan rektum, terutama pada pria homoseksual dan wanita yang melakukan hubungan seksual melalui dubur.
Kutil biasanya muncul dalam waktu 1-6 bulan setelah terinfeksi, dimulai sebagai pembengkakan kecil yang lembut, lembab, berwarna merah atau pink. Mereka tumbuh dengan cepat dan bisa memiliki tangkai.
Pada suatu daerah seringkali tumbuh beberapa kutil dan permukaannya yang kasar memberikan gambaran seperti bunga kol (blumkol).
Pada wanita hamil, pada gangguan sistem kekebalan (penderita AIDS atau pengobatan dengan obat yang menekan sistem kekebalan) dan pada orang yang kulitnya meradang, pertumbuhan kutil ini sangat cepat.
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
Kutil yang menetap bisa diangkat melalui pembedahan dan diperiksa dibawah mikroskop untuk meyakinkan bahwa itu bukan merupakan suatu keganasan.Wanita yang memiliki kutil di leher rahimnya, harus menjalani pemeriksaan Pap-smear secara rutin.
PENGOBATAN
Kutil pada alat kelamin luar bisa diangkat melalui laser, krioterapi (pembekuan) atau pembedahan dengan bius lokal.
Pengobatan kimiawi, seperti podofilum resin atau racun yang dimurnikan atau asam trikloroasetat, bisa dioleskan langsung pada kutil. Tetapi pengobatan ini memerlukan waktu beberapa minggu sampai beberapa bulan, bisa melukai kulit di sekelilingnya dan sering gagal.
Kutil di uretra bisa diobati dengan obat anti kanker seperti tiotepa atau florourasil.
Pilihan lainnya adalah pengangkatan kutil dari uretra melalui pembedahan endoskopik.
Kutil genitalis sering kambuh dan memerlukan pengobatan ulang. Pada pria yang belum disunat, kekambuhan bisa dicegah dengan menjalani penyunatan.
Mola hidatidosa
PENDAHULUAN
Penyakit Tropoblastik gestasional meliputi beberapa proses penyakit yang berasal dari plasenta. Ini meliputi kehamilan mola, tumor tropoblastik plasenta, choriocarcinoma, dan mola invasif. 1,2
Kehamilan mola merupakan suatu kondisi yang tidak umum dan menjadi komplikasi yang ditakuti pada kehamilan. Istilah medis untuk kehamilan mola adalah mola hidatidosa. Suatu kehamilan mola adalah kondisi yang tidak normal dari plasenta, disebabkan oleh terjadinya kesalahan saat ovum dan sperma bertemu saat fertilisasi.1
Pada umumnya setiap kehamilan berakhir dengan lahirnya bayi yang sempurna. Tetapi dalam kenyataannya tidak selalu demikian. Seringkali perkembangan kehamilan mendapat gangguan yang dapat terjadi pada berbagai tehap. Tergantung pada tahap mana gangguan itu terjadi, maka kehamilan dapat berupa keguguran, kehamilan ektopik, prematuritas,kematian janin dalam rahim atau kelainan konggenital. Kesemuanya merupakan kegagalan fungsi refroduksi. Demikian pula dengan penyakit tropoblas, pada hakekatnya merupakan kegagalan reproduksi. Pada keadaan ini janin tidak berkembang menjadi janin yang tidak sempurna, melainkan berkembag menjadi keadaan patologik yang terjadi pada minggu-minggu pertama kehamilan, berupa degenerasi hidropik pada jonjot korion, sehingga menyerupai gelembung yang disebut mola hidatidosa. Pada umumnya penderita mola hidatidosa akan baik kembali, tetapi ada diantaranya mengalami degenerasi berupa koriokarsinoma.3
B. DEFINISI
Mola hidatidosa adalah penyakit yang berasal dari kelainan pertumbuhan trofoblas plasenta atau calon plasenta dan disertai dengan degenerasi kistik vili dan perubahan hidropik. Sehingga tampak membengkak, edematous dan vesikuler.3,4 Kelainan ini merupakan neoplasma trofoblas yang jinak (benigna).2,5
C. INSIDENS
Frekuensi mola umumnya pada wanita di Asia lebih tinggi (1 atas 20 kehamilan) dari pada wanita di negara-negara Barat (1 atas 200 kehamilan). Soejones dkk (1967) melaporkan 1 : 85 kehamilan, RS Dr. Cipto Mangunkusomo, Jakarta 1 : 31 persalinan dan 1 : 49 kehamilan, Luat A Siregar (Medan) 1982 : 11-16 per 1000 kehamilan, Soetomo (surabaya) 1 : 80 persalinan, Djamhoer M (Bandung) : 9-21 per 1000 kehamilan.3 Tidak ada ras atau etnis khusus yang menjadi predileksi bagi suatu kehamilan mola, meskipun pada negara-negara Asia menunjukkan angka 15 kali lebih tinggi dibandingkan Amerika.2 Wanita Asia yang tinggal di Amerika tidak menampakkan adanya perbedaan angka kehamilan mola dibandingkan degan grup etnis lainnya. Mola Hidatidosa sering terjadi pada wanita usia reproduktif. Wanita dewasa muda atau perimenopause berisiko tinggi untuk kehamilan mola. Wanita dengan usia lebih dari 35 tahun 2 kali lipat lebih beresiko. Dan wanita dengan usia lebih dari 40 tahun beresiko 7 kali lipat dibandingkan dengan wanita yang usianya lebih muda6.
D. ETIOLOGI
Walaupun penyakit ini sudah dikenal sejak abad ke-6, tetapi sampai sekarang belum diketahui dengan pasti penyebabnya. Berbagai teori telah diajukan, misalnya :4
1. Teori infeksi
2. Teori defisiensi makanan, terutama protein tinggi
3. Teori kebangsaan
4. Teori consanguinity
Teori yang paling cocok dengan keadaan adalah teori dari Acosta Sison yaitu defisiensi protein, karena kenyataan membuktikan bahwa penyakit ini lebih banyak ditemukan pada wanita dari golongan sosial ekonomi rendah. Adapun kelompok-kelompok risiko tinggi, yaitu :4,6
- Usia kurang dari 20 tahun
- Sosial ekonomi kurang
- Jumlah paritas tinggi
- Riwayat kehamilan mola sebelumnya
Penyebab mola Hidatidosa sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya mola hidatidosa antara
lain :3,4,5,6
1. Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat dikeluarkan
2. Imunoselektif dari trofoblast
3. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah sehingga mengakibatkan rendahnya asupan protein, asam folat dan beta karoten
4. Jumlah paritas yang tinggi
5. Usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun
6. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas
7. Penggunaan kontrasepsi oral untuk jangka waktu yang lama
8. Riwayat mola Hidatidosa sebelumnya
9. Riwayat abortus spontan
E. PATOGENESIS
Ada beberapa teori yang dianjurkan untuk menerangkan patogenesis dari penyakit trofoblas. Pertama missed abortion yaitu mudigah mati pada kehamilan 3-5 minggu ( missed abortion ), karena itu terjadi gangguan peredaran darah sehingga terjadi penimbunan cairan dalam jaringan mesenkim dari vili dan akhirnya terbentuklah gelembung-gelembung. Menerut Reynolds, kematian mudigah itu disebabkan kekurangan gizi berupa asam folik dan histidine pada kehamilan hari ke 13 dan 21. Hal ini yang menyebabkan gangguan angiogenesis. Kedua teori Neoplasme dari Park yang menyatakan bahwa yang abnormal adalah sel-sel trofoblas yang mempunyai fungsi yang abnormal pula, dimana terjadi resorpsi cairan yang berlebihan kedalam vili, sehingga timbul gelembung. Hal ini menyebabkan gangguan peredaran darah dan kematian mudigah. Ada juga teori sitogenetika, yaitu mola hidatidosa komplit berasal dari genom paternal (genotype 46xx sering, 46xy jarang, tapi 46xxnya bersal dari reproduksi haploid sperma dan tanpa kromoson dari ovum). Mola parsial mempunyai 69 kromoson terdiri dari kromoson 2 haploid paternal dan 1 haploid maternal (triploid, 69xxx atau 69xxy dari 1 haploid ovum dan lainnya reduplikasi haploid paternal dari satu sperma atau fertilisasi dispermia.3,5,6
F. KLASIFIKASI
Perkembangan penyakit trofoblas ini amat menarik dan ada tidaknya janin telah digunakan untuk menggolongkannya menjadi bentuk mola yang komplit (klasik) dan parsial (inkomplit).2
a. Mola Hidatidosa Komplit ( Klasik)9,7,8
Suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh vili khorialis berubah menjadi kumpulan gelembung yang jernih yang mempunyai ukuran yang bervariasi mulai dari yang lebih mudah terlihat sampai beberapa cm dan bergantung dalam beberapa cm dan bergantung dalam beberapa kelompok dari tangkai yang tipis. Massa tersebut dapat tumbuh cukup besar sehingga memenuhi uterus yang besarnya biasa mencapai ukuran uterus kehamilan normal lanjut.3
Struktur histologiknya ditandai oleh : 7
1. Degenerasi hidropik dan pembengkakan stroma vilus
2. Tidak adanya pembuluh darah dalam vili yang membengkak
3. Proliferasi epitel trofoblas hingga mencapai derajat yang beragam
4. Tidak ditemukan janin dan amnion
b. Mola Hidatidosa Inkomplit ( Parsial)3
Secara makroskopik tampak gelembung mola yang disertai janin atau bagian dari janin. Umumnya janin mati pada bulan pertama atau ada juga yang hidup sampai cukup besar atau bahkan aterm. Perubahan hidatidosa bersifat fokal serta belum begitu jauh dan masih terdapat janin atau sedikitnya kantong amnion. Pada sebagian vili yang biasanya avaskuler terjadi pembengkakan hidatidosa yang berjalan lambat, sementara vili lainnya yang vaskuler dengan sirkulasi darah fetus-plasenta yang masih berfungsi tidak mengalami perubahan. Bila ada mola yang disertai janin ada 2 kemungkinan, pertama kehamilan kembar dimana 1 janin tumbuh normal dan hasil konsepsi yang 1 lagi mengalami mola parsial.
G. GEJALA KLINIS
Gejala yang dapat ditemukan pada mola hidatidosa :3,4,7,9,12
1. Adanya tanda-tanda kehamilan disertai dengan perdarahan. Perdarahan ini biasa intermitten, sedikit-sedikit atau sekaligus banyak sehingga menyebabkan syok atau kematian karena perdarahan ini, maka umumnya mola hidatidosa masuk RS dalam keadaan anemia. Perdarahan uterus abnormal yang bervariasi dari spotting sampai perdarahan hebat merupakan gejala yang paling khas dari kehamilan mola dan pertama kali terlihat antara minggu keenam dan kedelapan setelah amenore. Sekret berdarah yang kontinyu atau intermitten dapat berkaitan dengan keluarnya vesikel-vesikel yang menyerupai buah anggur.10,12
2. Hiperemesis gravidarum, yang ditandai dengan nausea dan vomiting yang berat.
3. Tanda-tanda pre-eklampsia pada Trimester I
4. Tanda-tanda tirotoksikosis, adanya hipertiroidisme dimana sekitar 7 % pasien dengan takikardi, tremor dan kulit yang hangat.6 mola yang disertai tirotoksikosis mempunyai prognosis yang lebih buruk, baik dari segi kematian maupun kemungkinan terjadinya keganasan. Biasanya penderita meninggal karena krisis tiroid.4
5. Kista lutein unilateral/bilateral
Mola hidatidosa sering disertai dengan kista lutein. Umumnya kista imi segera menghilang setelah jaringan mola dikeluarkan, tetapi ada juga kasus-kasus dimana kista lutein baru ditemukan pada waktu follow up. Kasus mola dengan kista lutein mempunyai resiko 4 kali lebih besar untuk mendapatkan degenerasi keganasan dikemudian hari dari pada kasus-kasus tanpa kista.4
6. Umumya uterus lebih besar dari usia kehamilan
7. Tidak dirasakan tanda-tanda adanya gerakan janin, balottement kecuali pada mola parsial
8. Kadar gonadotropin chorion tinggi dalam darah dan urin
9. Emboli paru. Penyulit lain yang mungkin terjadi ialah emboli sel trofoblas keparu-paru. Sebetulnya pada tiap kehamilan selalu ada migrasi sel trofoblas ke peredaran darah kemudian keparu-paru tanpa memberikan gejala apa-apa tetapi pada mola kadang-kadang jumlah sel trofoblas ini demikian banyak sehingga dapat menimbulkan emboli paru-paru akut yang bisa menyebabkan kematian.4
10.Keluar jaringan mola seperti buah anggur atau mata ikan (tidak selalu ada), yang merupakan diagnosa pasti.
H. DIAGNOSIS
1. Anamnesis5,12
 Terdapat gejala-gejala hamil muda yang kadang-kadang lebih nyata dari kehamilan biasa
 Kadangkala ada tanda toksemia gravidarum
 Terdapat beberapa perdarahan yang sedikit atau banyak, tidak teratur, warna tengguli tua atau kecoklatan seperti bumbu rujak.
 Pembesaran uterus tidak sesuai (lebih besar) dengan tua kehamilan seharusnya
 Keluar jaringan mola seperti buah anggur atau mata ikan (tidak selalu ada) yang merupakan diagnosa pasti.
2. Pemeriksaan fisis5,12
Inspeksi :
 Muka dan kadang-kadang badan kelihatan pucat kekuning-kuningan yang disebut muka mola (mola face)
 Kalau gelembung mola keluar dapat dilihat jelas
Palpasi :
 Uterus membesar tidak sesuai dengan umur kehamilan, terasa lembek
 Tidak terba bagian-bagian janin dan ballotement, juga gerakan janin
 Adanya fenomena harmonika : darah dan gelembung mola keluar dan fundus uteri turun lalu naik lagi karena terkumpulnya darah baru
Auskultasi :
 Tidak terdengar denyut jantung janin
 Terdengar bising dan bunyi khas
3. Pemeriksaan penunjang4, 5, 7,12
 Pemeriksaan  -hCG atau Serum, misalnya Galli Mainini pada mola hidatidosa kadar gonadotropin dalam darah dan urin sangat meningkat maka reaksi Galli Mainini dilakukan secara kuantitatif.
 Foto thoraks, ada gambaran emboli udara atau matastase ke paru
 USG menunjukan gambaran badai salju (snow flake pattern)
 Pemeriksaan sonde uterus (Hanifa), dimana sonde mudah masuk ke dalam
Cavum uteri, pada kehamilan biasanya ada tahanan oleh janin
 Tes Acosta Sison, dengan tang abortus gelembung mola dapat dikeluarkan
 Pemeriksaan T3 dan T4 bila ada gejala tirotoksikosis
 Pemeriksaan histologik :
- Mola hidatidosa komplit : gambaran proliferasi trofoblas, degenerasi hidrofik vili khorialis dan berkurangnya vaskularisasi/ kapiler dalam stromanya
- Mola hidatidosa parsial : gambaran edema vilinya fokal dan proliferasi trofoblasnya ringan dan terbatas pada lapisan sinsitiotrofoblas
I. PENATALAKSANAAN
Terapi mola hidatidosa terdiri dari 4 tahap yaitu : 3, 4, 5
1. Perbaiki keadaan umum3
 Koreksi dehidrasi
 Transfusi darah bila ada anemia (Hb < 8 gr%)
 Bila ada gejala pre-eklampsia dan hiperemesis gravidarum diobati sesuai dengan protokol penanganan di bagian Obgin FK-UH
 Bila ada gejala tiroktoksikosis dikonsulkan ke Bagian Penyakit Dalam
2. Pengeluaran jaringan mola
Ada 2 cara yaitu :
a. Kuretase3
 Dilakukan setelah keadaan umum diperbaiki dan setelah pemeriksaan-persiapan selesai (pemeriksaan darah rutin, kadar  - hCG serta foto thoraks), kecuali bila jaringan mola sudah keluar spontan.
 Bila kanalis servikalis belum terbuka, maka dilakukan pemasangan laminaria dan kuretase dilakukan 24 jam kemudian.
 Sebelum kuretase terlebih dahulu siapkan darah 500 cc dan pasang infus dengan tetesan oksitosin 10 IU dalam 500 cc Dextrose 5%
 Kuretase dilakukan sebanyak 2x dengan interval minimal 1 minggu
 Seluruh jaringan hasil kerokan dikirim ke laboratorium Patologi Anatomi
b. Histerektomi 3
Tindakan ini dilakukan pada wanita dengan :
 Umur > 35 tahun
 Anak hidup > 3 orang
3. Terapi profilaksis dengan sitostatika 4
Diberikan pada kasus mola dengan risiko tinggi akan terjadi keganasan misalnya pada umur tua dan paritas tinggi yang menolak untuk dilakukan histerektomi atau kasus mola dengan hasil histopatologi yang mencurigakan. Biasanya diberikan Methotrexate atau Actinomycin D.
Kadar  -hCG serum > 20.000 IU/ml setelah 4 minggu kuret
Peningkatan kadar  hCG yang progresif post kuret
Pemeriksaan  -hCG yang masih positif 4-6 minggu post kuret
Adanya metastase (otak, ginjal, hepar, traktus gastro intestinal atau paru-paru)

4. Pemeriksaan tindak lanjut 3
 Hal ini perlu dilakukan mengingat adanya kemungkinan keganasan setelah mola hidatidosa, lama pengawasan berkisar 1 sampai 2 tahun
 Selama pengawasan penderita dianjurkan memakai kontrasepsi kondom, pil kombinasi atau diafragma dan pemeriksaan fisis dilakukan setiap kali pada saat penderita datang kontrol
 Pemeriksaan kadar  -hCG dilakukan setiap minggu sampai ditemukan kadar  -hCG normal 3x berturut-turut
 Setelah itu pemeriksaan dilanjutkan setiap bulan sampai kadar  -hCG normal selam 6x berturut-turut
 Bila terjadi remisi spontan (kadar  -hCG, pemeriksaan fisis dan foto thoraks setelah satu tahun semuanya normal) maka penderita tersebut dapat berhenti menggunakan kontrasepsi dan hamil lagi
 Bila selama masa observasi kadar  -hCG tetap atau bahkan meningkat atau pada pemeriksaan klinis, foto thoraks ditemukan adanya metastasis maka penserita harus dievaluasi dimulai pemberian kemoterapi.
J. KOMPLIKASI 2, 3, 4
- Perdarahan hebat
- Anemia
- Syok
- Infeksi, sepsis
- Perforasi uterus
- Emboli udara
- Koagulopati
- Keganasan (PTG)
K. DIAGNOSIS BANDING
1.Kehamilan ganda
Merupakan suatu kehamilan dengan dua janin atau lebih. Untuk mempertimbangkan ketepatan diagnosis, haruslah difikirkan kemungkinan kehamilan kembar bila didapatkan hal-hal berikut : (1) besarnya uterus melebihi lamanya amenore (2) uterus bertambah lebih cepat dari biasanya (3) penambahan berat badan ibu yang mencolok yang tidak disebabkan edema atau obesitas (4) banyak bagian kecil teraba (5) teraba bagian besar janin (6) teraba dua balotemen. Diagnosis pasti dapat ditentukan dengan (1) terabanya 2 kepala, 2 bokong dan satu atau dua punggung (2) terdengar dua denyut jantung yang letaknya berjauhan dengan perbedaan kecepatan paling sedikit 10 denyut permenit (3) sonogram dapat membuat diagnosis kehamilan kembar pada triwulan pertama (4) roentgen foto pada abdomen.
2.Hidramnion
Hidramnion atau kadang-kadang disebut juga polihidramnion adalah keadaan dimana banyaknya air ketuban melebihi 2000 cc. Sampai sekarang etiologi hidramnion belum jelas, tetapi diketahui bahwa hidramnion terjadi bila produksi air ketuban bertambah, bila pengeluaran air ketuban terganggu atau kedua-duanya. Gejala hidramnion terjadi semata-mata karena faktor mekanik sebagai akibat penekanan uterus yang besar kepada organ-organ sekitarnya. Uterus yang besar akan menekan diafragma sehingga si wanita merasa sesak. Penekanan vena-vena yang besar menyebabkan edem terutama pada kedua tungkai, vulva dan abdomen. Diagnosis hidramnion mudah ditegakkan apabila ditemukan uterus yang lebih besar dari tua kehamilan, bagian dan detak jantung janin sukar ditentukan. Bila meragukan dapat dilakukanpemeriksaan radiologik atau ultrasonografi.4
3. abortus
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan dan sebagai batasan digunakan kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.19 Abortus harus diduga bila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh tentang perdarahan pervaginam setelah mengalami haid terlambat, sering terdapat pula rasa mules. Kecurigaan tersebut diperkuat dengan ditemukannya kehamilan muda pada pemeriksaan bimanual dan dengan tes kehamilan. Pada pemeriksaan USG tampak daerah anekhoik didalam kavum uteri yang bentuknya kadang-kadang menyerupai kantong gestasi, sehingga dapat disalahtafsirkan sebagai kehamilan ganda. Derah anekhoik tersebut berasal dari perdarahan subkorionik. Gambaran USG pada abortus inkomplitus tidak spesifik. Tergantung dari usia gestasi dan banyaknya sisa jaringan konsepsi uterus mungkin masih memebesar, walaupun tidak sesuai lagi dengan usia kehamilan. Kavum uteri mungkin berisi kantong gestasi ysng bentuknya tidak utuh lagi.7
M. FOLLOW UP
Dikarenakan 20% pasien dengan mola komplit dan 5-7 % pasien dengan mola parsial dapat menjadi penyakit yang berulang. Follow up yang ketat sangat diperlukan. Kadar  -hCG perlu dimonitor setiap minggu sampai diperoleh 3 kali angka yang normal dan kemudian setiap bulan untuk 6 bulan. Sangat penting bagi pasien untuk menggunakan kontrasepsi selama 6 bulan sehingga peningkatan  -hCG yang normal terjadi dalam kehamilan tidak dikacaukan dengan penyakit yang berulang. Pil KB tidak meningkatkan resiko dari penyakit post mola. Setelah angka  -hCG normal selama 6 bulan, kehamilan menjadi aman.2
N. PROGNOSIS
Kematian pada mola hidatidosa disebabkan karena perdarahan, infeksi, eklampsia, payah jantung atau tirotoksikosis. Di negara maju, kematian mola hampir tidak ada lagi, tetapi dinegara berkembang masih cukup tinggi yaitu berkisar 2.2% dan 5.7%.4 Hampir 20% mola hidatidosa komplit akan berlanjut menjadi neoplasia trofoblas kehamilan.6 Terjadinya proses keganasan bisa berlangsung antara 7 hari sampai 3 bulan pasca mola, tetapi yang paling banyak dalam 6 bulan pertama. Pada Mola hidatidosa parsial jarang terjadi4, 6
DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.americanpregnancy.org.htm.Molar Pregnancy.
2.
3. Martadisoebrata D. Penyakit Serta Kelainan Plasenta dan Selaput Janin. Dalam : Ilmu Kebidanan. Editor Wiknjosastro H. Saifuddin AB, Rachimhadhi T. Edisi ketiga, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : 1994.p.339-59
4. Mochtar R. Penyakit Trofoblas. Dalam : Sinopsis Obstetri. Editor Lutan D. Jilid I. Edisi 2. Jakarta : EGC ; 1998.p.238-45.
5. Lukas E, Djuanna AA. Mola hidatidosa. Dalam : Pedoman diagnosis dan terapi obstetric dan ginekologi. EditorManoe IMSM, Rauf S, Usmany H. Ujung Pandang : Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin ; 1999. p.108-11
6. Copeland LJ. Gestational Trophobiastic Neoplasia. In : Textbook of Gynecology. 2nded. Philadelphia : WB Saunders Company : 2000.p.1409-15.
7. Cunningham FG. Penyakit dan Kelainan pada Plasenta. Dalam Obstetri Williams. Erlangga university Press : 1994.p.637-45.
8. Molar Pregnancy. Available at : http//www.american pregnancy.org.htm.
9. Mansjoer. A. Dkk., kelainan pada Kehamilan. Dalam Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ketiga, Jilid Pertama. Penerbit Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta., 2001. 265 – 67
10. Manuaba I.B. Mola Hidatidosa dalam Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. ECG. Jakarta
11. Kampono N. Sjamsuddin S. Penyakit Trofoblastik Gestational (PTG).www.geocities.com., last up dated Mei, 2004
12. Prawirohardjo S, Wiknjosastro H. Mola Hidatidosa dalam Ilmu Kandungan Edisi kedua, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 1997. 260 -264













Endometriosis
Endometrium :
- Lapisan dalam dinding kavum uteri, norrmal tidak terdapat di tempat lain.
- Endometrium terdiri atas jaringan ikatt / stroma dan sel-sel selapis kubis yang
berproliferasi dan menebal setelah haid lalu runtuh pada saat haid.
- Siklus endometrium juga dipengaruhi olleh poros hipotalamus-hipofisis-ovarium.
- Puncak LH hipofisis terjadi 24-36 jam sebelum ovulasi.
- Estradiol dihasilkan sel teka interna folikel dan pasca ovulasi sel teka tersebut
berubah menjadi sel lutein yang menghasilkan progesteron.
Endometriosis adalah pertumbuhan abnormal dari kelenjar dan stroma endometrium di luar uterus. Atau terdapatnya kelenjar atau stroma endometrium di tempat / organ lain selain dinding kavum uteri.

Patogenesis endometrium diterangkan oleh beberapa teori diantaranya teori histogenesis, teori metaplasia coelomik dan teori induksi.
Teori histogenesis menerangkan bahwa endometriosis terjadi akibat adanya regurgitasi tuba epitel menstruasi - implantasi jaringan endometrium pada tempat abnormal tersebut. Faktor determinasi yang diperkirakan abnormal adalah regurgitasi darah haid / menstruasi retrograd (darah haid yang tidak keluar melalui serviks mengalir ke tuba - ovarium dan keluar ke rongga peritoneum) kemudian tumbuh berkembang karena organ yang ditempati tidak mengadakan reaksi penolakan (karena bukan benda asing / antigen).
Teori histogenesis : transplantasi, metastasis limfatik / vaskuler. Faktor determinasi adalah respon imunologik yang rendah, faktor genetik, status hormon steroid dan hormon pertumbuhan.
Teori metaplasia coelomik : menerangkan pertumbuhan endometrium di vagina padahal tidak ada hubungan vaskularisasi antara keduanya. Diperkirakan primer berasal dari sisa jaringan yang terdapat sejak perkembangan embrionik (saluran Muller). Demikian juga pada organ-organ yang berasal dari saluran Muller lainnya.
Teori induksi : lanjutan dari teori metaplasia, diperkirakan faktor biokimia endogen menginduksi perkembangan sel peritoneal yang tidak berdiferensiasi menjadi jaringan endometrium.

Pasca Operasi Uterus
(Misalnya miomektomi atau seksio sesar) dapat terjadi lapisan endometrium melekat atau terjahit dengan miometrium kemudian tumbuh menjadi endometriosis.
Teori yang diterima akhirnya adalah patogenesis multifaktorial : genetik, imunologi, endokrin dan mekanik.
(Endometriosis : "the disease of many theoris in gynecology" seperti halnya dengan pre eklampsia pada obstetri)
Kemungkinan lokasi endometriosis :
- Endometriosis interna : dibagian lain uterus misalnya serviks dan isthmus.
- Endometriosis eksterna : di luar uteruus.
- Adenomiosis : endometrium di dalam lappisan miometrium.
- Endometrioma : endometrium dalam ovariium - kista coklat.
- Pada organ / tempat lain misalnya di permukaan / dinding usus, cavum Douglasi,
ligamen-ligamen, dan sebagainya. Jaringan endometrium ektopik ini berproliferasi,
infiltrasi dan menyebar ke organ-organ tubuh. Ditemukan 20-25 % pada laparatomi pelvis. Terbanyak ditemukan pada usia 30-40 tahun.
Pertumbuhan endometrium di tempat lain dapat menimbulkan reaksi inflamasi. Pada haid dapat menimbulkan sakit hebat karena :
- Perdarahan intraperitoneal.
- Perlengketan (tertahan pada pergerakann).
- Akut abdomen.
Endometriosis peritoneum :
- Warna merah (aktif/baru) atau coklat hhitam (sudah lisis) atau putih (fibrosis).
- Dapat hipervaskuler (lesi aktif) atau avaskuler (lesi baru atau fibrosis).
- Permukaan rata atau menonjol atau iregguler.
- Letak superfisial (di permukaan organ / peritoneum) atau profunda (invasif ke
organ).
Lokalisasi sering :
- Ovarium, biasanya bilateral (65%).
- Lapisan serosa uterus, peritoneum pelvvis.
- Kolon sigmoid / kavum Douglasi, ligameentum sakrouterinoma / latum, tuba
Fallopii.
- Vagina, serviks, dan usus.
- Paru, mukosa vesika uterina / saluran kemih, umbilikus, ginjal dan kaki (jarang).
Gejala dan tanda klinik :
- Nyeri pelvis / abdomen difus pada lokaasi tertentu.
- Teraba nodul atau nyeri pada ligamentuum sakrouterina, dinding belakang uterus
dan cavum Douglasi.
- Gerakan terbatas & nyeri pada genitaliia interna.
- Uterus retroversi dan terfiksasi.
- Teraba massa tumor dan nyeri tekan di adneksa.
- Dinding forniks posterior vagina memenndek.
Pemeriksaan penunjang diagnostik :
- Ultrasonografi : gambaran bintik-bintiik salju
- Laparatomi / laparaskopik.
- Assay Ca 125.
Penampilan endometriosis :
- Infertilitas primer (26-39 %)
- Infertilitas sekunder (12-25 %)
- Nyeri panggul kronik (4-65 %)
- Dismenorhea (7-32 %)
- Massa / kista ovarium (10-35 %)
- Bercak / spotting pre menstruasi (35 %%)
- Nyeri akut abdomen, ileus obstruktif, kolik ureter (jarang).
Selain itu sering terdapat keluhan dispareunia, tumor pelvik, gangguan haid, nyeri perut saat defekasi (diskezia) dan nyeri pinggang.
Diagnosa banding : tumor ovarium, mioma multipel, karsinoma rektum, penyakit radang panggul dan metastasis tumor di cavum Douglasi.
Klasifikasi Endometriosis Acosta 1973
1. Ringan :
- Endometriosis menyebar tanpa perlekatan pada anterior atau posterior cavum
Douglasi / permukaan ovarium / peritoneum pelvis.

2. Sedang :
- Endometriosis pada 1 atau kedua ovarium disertai parut dan retraksi atau
endometrioma kecil.
- Perlekatan minimal juga di sekitar ovarium yang mengalami endometriosis.
- Endometriosis pada anterior atau posterior cavum Douglasi dengan parut dan
retraksi atau perlekatan tanpa implantasi di kolon sigmoid.
Berat :a
- Endometriosis pada 1 atau 2 ovarium ukuran lebih dari 2 x 2 cm2.
- Perlekatan 1 atau 2 ovarium / tuba fallopii / cavum Douglasi karena
endometriosis.
- Implantasi / perlekatan usus dan / atau traktus urinarius yang nyata.

Penatalaksanaan Endometriosis
Prinsip :
- Terapi medikamentosa untuk supresi horrmon.
- Intervensi surgikal untuk membuang impplant endometriosis.
Objektif :
- Kontrol nyeri pelvik kronik (terapi obbat saja).
- Penatalaksanaan infertilitas (terapi oobat dan pembedahan).
- Penataksanaan endometrioma (terapi pemmbedahan).
- Tumor ekstragenital / ekstrapelvik (teerapi obat dan pembedahan).
- Pencegahan kekambuhan (terapi optimaliisasi pra bedah).
- Penatalaksanaan asimptomatik (obat horrmonal / non hormonal), bedah.
Pengobatan hormonal :
- Progesteron : MDPA
- Danazol (17-alfa-etinil-testosteron)
- Kombinasi estrogen-progesteron : pil kkontrasepsi.
- Anti progestasional : etilnorgestrienoon / gestrinon.
- Agonis GnRH : leuprolid asetat, gosereelin, buserelin asetat, nafarelin, histrelin,
lutrelin.
Efek yang diharapkan :
- Progesteron (medroxyprogesteron) : dessidualisasi dan atrofi endometrium serta
inhibitor gonadotrofik yang kuat.
- Kombinasi estrogen / progesteron (pil kontrasepsi) : "pseudo pregnancy",
desidualisasi dan pertumbuhan endometrium diikuti atrofi endometrium.
- Antiprogestasional : anti progestogeniik dan estrogenik melalui aktivasi degradasi
enzim lisosomal sel.
- GnRH agonist : menyebabkan kadar estroogen menurun seperti pada saat
menopause.
- Testosteron : mensupresi LH & FSH, mennghambat pertumbuhan endometriosis.
- Untuk terapi nyeri dapat digunakan inhhibitor prostaglandin-sintetase.
Obat yang sekarang banyak dipakai dan dikembangkan : agonis GnRH.
Mekanismenya : suplai hormon - internalisasi - dikenali oleh mRNA - sintesis protein.
GnRH : hormon untuk menghasilkan gonadotropin.
Agonis GnRH : regulasi luluh reseptor GnRH pada sel gonadotropin hipofisis.
- Penekanan sekresi dan sintesis FSH dann LH hipofisis.
- Supresi ovarium : hambatan pematangan folikel dan hambatan produksi estradiol.
Diharapkan hipoestrogenisme akan menghambat pertumbuhan berlebihan jaringan endometriosis.
Selama sekitar 24 minggu, GnRH agonis akan memberikan efek :
1. Amenorhea
2. Gangguan reseptor estrogen (misalnya payudara mengecil).
3. Gangguan psikis atau neurologis.
4. Gangguan dalam hubungan seksual.
Pengobatan surgikal : untuk membersihkan fokus / implant endometriosis.
Permasalahan seputar endometriosis :
- Prevalensi - faktor predisposisi.
- Mekanik (peningkatan tekanan intraabdoominal / intrauterin, pencetus regurgitasi.
- Implantasi pasca retrograd menstruasi..
- Imunitas.
- Perlindungan terhadap kesehatan kerja : efisiensi, kenyamanan kerja.
- Peningkatan biaya pengobatan / perawattan kesehatan (health-cost maintenance).
- Masalah kesehatan reproduksi di masa ddepan.
Pencegahan :
- Tidak menunda kehamilan.
- Tidak melakukan kerokan / kuret pada wwaktu haid.
- Pemeriksaan ginekologi teratur.

Neonatus

KELAINAN BAWAAN PADA NEONATUS DAN PENATALAKSANAANNYA
Kelainan bawaan pada neonatus dapat terjadi pada berbagai organ tubuh. Dibawah ini beberapa kelainan bawaan pada neonatus, antara lain :
1. Labioskizis dan Labiopalatoskizis
Labioskizis atau labiopalatiskizis merupakan konginetal anomaly yang berupa kelainan bentuk pada struktur wajah, yang terjadi karena kegagalan proses penutupan procesus nasal medial dan maxilaris selama perkembangan fetus dalam kandungan
Etiologi :
• Kegagalan pada fase embrio yang penyebab belum diketahui
• Faktor Herediter
• Abnormal kromosom, mutasi gen dan teratogen
Manifestasi Klinik :
Palatoskizis
- Distorsi pada hidung
Adanya celah pada bibir
Labioskizis
- Adanya celah pada tekak (uvula), palatum durum dan palatum mole
Adanya rongga pada hidung sebagai celah pada langit-langit
- Distorsi hidung
Penatalaksanaan :
• Tergantung pada beratnya kecacatan
• Pertahankan pemberian nutrisi yang adekuat
• Cegah terjadinya komplikasi
• Dilakukan pembedahan
2. Atresia Esophagus
Atresia esophagus adalah gangguan pembentukan dan pergerakan lipatan pasangan kranial dan satu lipatan kaudal pada usus depan primitif
Etiologi dari atresia esophagus yaitu kegagalan pada fase embrio terutama pada bayi yang lahir prematur
Manifestasi klinik pada neonatus dengan atresia esophagus antara lain :
-Hhipersekresi cairan dari mulut
- Gangguan menelan makanan (tersedak, batuk)
Penatalaksanaan :
• Pertahankan posisi bayi atau pasien dalam posisi tengkurap, bertujuan untuk meminimalkan terjadinya aspirasi
• Pertahankan keefektifan fungsi respirasi
• Dilakukan tindakan pembedahan
3. Atresia Rekti dan Atresia Anus
Atresia rekti yaitu obstruksi pada rektum (sekitar 2 c dari batas kulit anus). Pada pasien ini, umumnya memiliki kanal dan anus yang normal
Atresia anus yaitu obstruksi pada anus
Etiologi
Malformasi kongenital
Manifestasi Klinik
- Tidak bisa BAB melalui anus
- Distensi abdomen
- Tidak dapat dilakukan pemeriksaan suhu rektal
- Perut kembung
- Muntah
Penatalaksanaan :
Dilakukan tindakan kolostomi
4. Hirschprung
Hirschprung merupakan kelainan konginetal berupa obstruksi pada sistem pencernaan yang disebabkan oleh karena menurunnya kemampuan motilitas kolon, sehingga mengakibatkan tidak adanya ganglionik usus
Etiologi :
Kegagalan pembentukan saluran pencernaan selama masa perkembangan fetus
Tanda dan Gejala :
• Konstipasi/tidak bisa BAB/diare
• Distensi abdomen
• Muntah
• Dinding abdomen tipis
Penatalaksanaan :
• Pengangkatan aganglionik (usus yang dilatasi)
• Dilakukan tindakan Colostomi
• Pertahankan pemberian nutrisi yang adekuat
5. Obstruksi Billiaris
Obstruksi billiaris adalah tersumbatnya saluran kandung empedu karena terbentuknya jaringan fibrosis
Etiologi :
- Degenerasi sekunder
- Kelainan kongenital
Tanda dan Gejala :
- Ikterik (pada umur 2-3 minggu)
- Peningkatan billirubin direct dalam serum (kerusakan parenkim hati, sehingga bilirubin indirek meningkat)
- Bilirubinuria
- Tinja berwarna seperti dempul
- Terjadi hepatomegali
Penatalaksanaan
Pembedahan
6. Omfalokel
Omfalokel merupakan hernia pada pusat, sehingga isi perut keluar dalam kantong peritoneum
Etiologi
Kegagalan alat dalam untuk kembali ke rongga abdomen pada waktu janin berumur 10 minggu
Tanda dan Gejala
- Gangguan pencernaan, karena polisitemia dan hiperinsulin
- Berat badan lahir > 2500 gr
Penatalaksanaan
- Bila kantong belum pecah, diberikan merkurokrom yang bertujuan untuk penebalan selaput yang menutupi kantong
- Pembedahan
7. Hernia Diafragmatika
Hernia diafragmatika terjadi akibat isi rongga perut masuk ke dalam lobang diafragma
Etiologi
Kegagalan penutupan kanalis pleuroperitoneum posterolateral selama kehamilan minggu ke-8
Tanda dan Gejala
Bayi mengalami sesak napas
Bayi mengalami muntah karena obstruksi usus
Penatalaksanaan
• Berikan diit RKTP
• Berikan Extracorporeal Membrane Oxygenation (EMCO)
• Dilakukan tindakan pembedahan
8. Atresia Duodeni
Atresia Duodeni adalah obstruksi lumen usus oleh membran utuh, tali fibrosa yang menghubungkan dua ujung kantong duodenum yang buntu pendek, atau suatu celah antara ujung-ujung duodenum yang tidak bersambung
Etiologi
Kegagalan rekanalisasi lumen usus selama masa kehamilan minggu ke-4 dan ke-5
Banyak terjadi pada bayi yang lahir prematur
Tanda dan Gejala
Bayi muntah tanpa disertai distensi abdomen
Ikterik
Penatalaksanaan
Pemberian terapi cairan intravena
Dilakukan tindakan duodenoduodenostomi
9. Meningokel dan Ensefalokel
Meningokel dan ensefalokel yaitu adanya defek pada penutupan spina yang berhubungan dengan pertumbuhan yang abnormal korda spinalis atau penutupannya
Etiologi
Gangguan pembentukan komponen janin saat dalam kandungan
Tanda dan Gejala
- Gangguan persarafan
- Gangguan mental
- Gangguan tingkat kesadaran
Penatalaksanaan
Pembedahan
10. Hidrosefalus
Hidrosefalus merupakan kelainan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya Liquor Cerebrospinal (LCS). Kadang disertai dengan peningkatan TIK (Tekanan Intra Kranial)
Etiologi
• Gangguan sirkulasi LCS
• Gangguan produksi LCS
Tanda dan Gejala
• Terjadi pembesaran tengkorak
• Terjadi kelainan neurologis, yaitu Sun Set Sign (Mata selalu mengarah kebawah)
• Gangguan perkembangan motorik
• Gangguan penglihatan karena atrofi saraf penglihatan
Penatalaksanaan
• Pembedahan
• Pemasangan “Suchn Suction”
11. Fimosis
Fimosis merupakan pengkerutan atau penciutan kulit depan penis atau suatu keadaan normal yang sering ditemukan pada bayi baru lahir atau anak kecil, dan biasanya pada masa pubertas akan menghilang dengan sendirinya
Etiologi
Malformasi konginetal
Tanda dan Gejala
Gangguan proses berkemih
Penatalaksanaan
Dilakukan tindakan sirkumsisi
12. Hipospadia
Hipospadia yaitu lubang uretra tidak terletak pada tempatnya, mis : berada di bawah penis
Etiologi
• Uretra terlalu pendek, sehingga tidak mencapai glans penis
• Kelainan terbatas pada uretra anterior dan leher kandung kemih
• Merupakan kelainan konginetal
Tanda dan Gejala
• Penis agak bengkok
• Kadang terjadi keluhan miksi, jika disertai stenosis pada meatus externus
Penatalaksanaan
• Pada bayi : dilakukan tindakan kordektomi
• Pada usia 2-4 tahun : dilakukan rekonstruksi uretra
• Tunda tindakan sirkumsisi, hingga kulit preputium penis/scrotum dapat digunakan pada tindakan neouretra



« KELAINAN METABOLISME DAN KELAINAN ENDOKRIN SERTA PENATALAKSANAANNYA
ASUHAN NEONATUS DENGAN JEJAS PERSALINAN
ejas lahir merupakan istilah untuk menunjukkan trauma mekanik yang dapat dihindari atau tidak dapat dihindari, serta trauma anoksia yang dialami bayi selama kelahiran dan persalinan. Beberapa macam jejas persalinan yang akan dibahas, antara lain :
1. Caput Suksadenum
Caput suksadenum adalah pembengkakan yang edematosa atau kadang-kadang ekimotik dan difus dari jaringan lunak kulit kepala yang mengenai bagian yang telah dilahirkan selama persalinan verteks. Edema pada caput suksadenum dapat hilang pada hari pertama, sehingga tidak diperlukan terapi. Tetapi jika terjadi ekimosis yang luas, dapat diberikan indikasi fototerapi untuk kecenderungan hiperbilirubin.
Kadang-kadang caput suksadenum disertai dengan molding atau penumpangan tulang parietalis, tetapi tanda tersebut dapat hilang setelah satu minggu.
2. Sefalhematoma
Sefalhematoma merupakan perdarahan subperiosteum. Sefalhematoma terjadi sangat lambat, sehingga tidak nampak adanya edema dan eritema pada kulit kepala. Sefalhematoma dapat sembuh dalam waktu 2 minggu hingga 3 bulan, tergantung pada ukuran perdarahannya. Pada neonatus dengan sefalhematoma tidak diperlukan pengobatan, namun perlu dilakukan fototerapi untuk mengatasi hiperbilirubinemia. Tindakan insisi dan drainase merupakan kontraindikasi karena dimungkinkan adanya risiko infeksi. Kejadian sefalhematoma dapat disertai fraktur tengkorak, koagulopati dan perdarahan intrakranial.
3. Trauma pleksus brakialis
Jejas pada pleksus brakialis dapat menyebabkan paralisis lengan atas dengan atau tanpa paralisis lengan bawah atau tangan, atau lebih lazim paralisis dapat terjadi pada seluruh lengan. Jejas pleksus brakialis sering terjadi pada bayi makrosomik dan pada penarikan lateral dipaksakan pada kepala dan leher selama persalinan bahu pada presentasi verteks atau bila lengan diekstensikan berlebihan diatas kepala pada presentasi bokong serta adanya penarikan berlebihan pada bahu.
Trauma pleksus brakialis dapat mengakibatkan paralisis Erb-Duchenne dan paralisis Klumpke. Bentuk paralisis tersebut tergantung pada saraf servikalis yang mengalami trauma.
Pengobatan pada trauma pleksus brakialis terdiri atas imobilisasi parsial dan penempatan posisi secara tepat untuk mencegah perkembangan kontraktur.
4. Fraktur klavikula
Tanda dan gejala yang tampak pada bayi yang mengalami fraktur klavikula antara lain : bayi tidak dapat menggerakkan lengan secara bebas pada sisi yang terkena, krepitasi dan ketidakteraturan tulang, kadang-kadang disertai perubahan warna pada sisi fraktur, tidak adanya refleks moro pada sisi yang terkena, adanya spasme otot sternokleidomastoideus yang disertai dengan hilangnya depresi supraklavikular pada daerah fraktur.
5. Fraktur humerus
Pada fraktur humerus ditandai dengan tidak adanya gerakan tungkai spontan, tidak adanya reflek moro.
Penangan pada fraktur humerus dapat optimal jika dilakukan pada 2-4 minggu dengan imobilisasi tungkai yang mengalami fraktur.
http://meida.staff.uns.ac.id/2009/05/05/asuhan-neonatus-dengan-jejas-persalinan/
Hernia Diafragmatika


Saturday, 28 February 2009
1. Hiatal Hernia

Hernia hiatus oesofagus adalah suatu keadaan defek pada diafragma yang mengakibatkan isi dalam kavum abdomen masuk kedalam kavum thoraks, yang pada umumnya adalah gaster.
Angka kejadian hiatus hernia di USA dan juga negara-negara barat meningkat sesuai umur mulai dari 10% pada usia dibawah 40 tahun (th) sampai 70% pada usia diatas 70th. Sedangkan berdasarkan penelitian yang dilakukan burkit et al, menerangkan bahwa kurangnya konsumsi serat dan keadaan kronis konstipasi menjelaskan hubungan angka kejadian hiatus hernia yang tinggi dinegara-negara barat
Ada dua bentuk keadaan hernia pada hiatus oesofagus yaitu Sliding hernia dan Para-oesofagal hernia Manifestasi klinis yang diakibatkan karena keadaan hernia hiatus oesofagus dapat berupa gejala ringan yang dikenal dengan bouchard’s triad yaitu nyeri pada epigastrik, muntah dan tidak dapat dilalui pada pemasangan naso gastic tube sampai gejala yang berat berupa sindroma distres pernafasan dan gangguan pencernaan
Diagnosis hernia hiatus oesofagus, dapat diketahui melalui anamnesis, pemeriksaan fisik terutama regio thoraks yaitu didapatkan suara usus, suara pernafasan menurun sampai tidak terdengar dan suara jantung menjauh dari lesi.

Pada pemeriksaan radiologi akan didapatkan gambaran usus pada rongga thoraks dada gambaran diafragma menghilang, paru-paru kolap dan jantung terdorong kontralateral ,juga dapat dilakukan prosedur pemeriksaan endoskopi
Terapi hernia hiatus oesofagus yang paling baik adalah mengembalikan pada posisi semula sesuai anatomi melalui jalan operasi yang dikenal dengan prosedur Belsey’s, Neissen’s atau Hill’s.
Prognosis hernia hiatus oesofagus umumnya baik, meskipun beberapa pasien akan mengalami refluks gastro esofagal kronis dan dapat juga residif.

Dikenal ada 2 bentuk hiatal hernia yaitu :
1). Sliding hernia”
salah tempat secara anatomis (masuknya) oesofagogaster junction melalui hiatus oesofagus kedalam kavum thoraks”

2). Para-oesofagal hernia “
oesofagogastric tetap pada tempatnya yaitu dibawah diafragma tetapi fundus dan kurvatura mayor bergulung masuk kerongga dada melalui hiatus oesofagus

Tipe-tipe hiatal hernia adalah sebagai berikut :
Type Description
H 0
H 1

H 2


H 3


H 4 No Hiatal Hernia
Sliding Hernia
Gastrooesophagal juntion above diafragma
Norma position of gastrooesophageal
Protrusion of the stomach alongside the oesophageal
Componen Of Sliding and paraoesophageal hernias

The gastropesophageal juntion is in the chest, the stomach roll trough the hiatus in a paraoesophageal position
Large hiatal defect with components of sliding hernia and/or paraoesophageal hernia accopanied by another abdominal organ ( colon, spleen, Pancreas, small Bowel )

Secara embrional diafragma disusun oleh 3 bagian yaitu :
1) septum transversum
2) Mesenterium dorsal
3) membran pleuroperitoneum dari didnding tubuh.

Etiologi
1). Traumatik manifestasi klinisnya dapat akut, intermediet dan lambat sampai 2-3 tahun.
2). Non traumatik dapat diakibatkan karena kelemahan otot-otot hiatus oesofagus yang pada umumnya terjadi pada orang berusia pertengahan.

Predisposisi terjadinya hiatal hernia adalah kelemahan otot-otot penyusun diafragma, wanita lebih banyak dari laki-laki, kurang komsumsi serat dalam diet, keadaan konstipasi lama, oesofagitis kronis yang menybabkan terjadinya pemendekan oesofgus karena terbentuk fibrosis, kehamilan dan asites.
Cara mendiagnosis hiatal hernia didapatkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, terutama regio thoraks yaitu didapatkan suara usus, suara pernafasan menurun sampai tidak terdengar dan suara jantung menjauh dari lesi.
Pemeriksaan penunjang khususnya radiologi thoraks dan abdomen 3 posisi terutama regio thoraks yaitu didapatkan gambaran usus dan tidak didapakan diafragma. Penunjang lainnya yaitu endoskopi..

Gambaran klinis hiatal hernia dapat berupa gejala ringan yang dikenal bouchard’s triad3, heart burn, chest pain dan sampai keadaan yang buruk yaitu sindrom distress pernafasan dan atau obstruksi saluran cerna.

Penatalaksanaan hernia hiatus oesofagus adalah mengembalikan keposisi semula sesuai anatomi melalui pembedahan, dikenal ada 3 cara :
1. Operasi Belsey’s : secara transthorakal sampai terlihat oesofagus intra abdominal, kemudian diperkuat dengan cara melakukan plikasi gaster secara keliling sebanyak 280 derajat sampai distal oesofagus. Prognosis tindakan ini 10 –15 % akan terjadi rekuren.

1. Operasi Neissen’s Fundoplikasi yang dapat dilakukan secara trans abdominal maupun trans thorakal dimana tindakannya adalah melakukan fundoplikasi secara keliling 360 derajat antara distal oesofagus dan fundus gaster, prognosis keberhasilannya 96%

1. Operasi Hill’s, yaitu secara trans abdominal kemudian melakukan gastropexi

2. Bochdalek

Hernia Bochdalek adalah defek kongenital diafragma bagian posterolateral yang menyebabkan hubungan antara kavum thoraks dengan kavum abdomen, sehingga terjadi protusi organ intra abdomen ke kavum thoraks.
Foramen Bochdalek merupakan celah sepanjang 2 sampai 3 cm di posterior diafragma setinggi kosta 10 dan 11, tepat di atas glandula adrenal. Kadang-kadang defek ini meluas dari lateral dinding dada sampai ke hiatus esophagus. Kanalis pleuroparietalis ini secara normal tertutup oleh membran pleuroparietal pada kehamilan minggu ke-8 sampai ke-10.Kegagalan penutupan kanalis ini dapat menimbulkan terjadinya hernia Bochdalek.
Hernia Bochdalek merupakan kelainan yang jarang terjadi. McCulley adalah orang pertama yang mendeskripsikan kelainan ini pada tahun 1754. Bochdalek pada tahun 1848 menggambarkan secara detail aspek embriologi dari hernia ini. Tipe yang paling sering terjadi (80%) adalah defek posterolateral atau hernia Bochdalek.
Penyebab pasti hernia Bochdalek masih belum diketahui. Hal ini sering dihubungkan dengan penggunaan thalidomide, quinine, nitrofenide, antiepileptik atau defisiensi vitamin A selama kehamilan.
Insidensi pada neonatus tercatat antara 1 : 2000 – 5000. Pada dewasa insidensi dilaporkan bervariasi antara 0.17% yang dilaporkan oleh Mullens dkk sampai setinggi 6% yang dilaporkan oleh Gale. Hal ini didapat dari penelitian retrospektif dari pemeriksaan CT Scan yang dilakukan untuk berbagai tujuan.
Hernia Bochdalek paling banyak dijumpai pada bayi dan anak-anak. Pada dewasa sangat jarang ( sekitar 10% dari semua kasus) dan sering terjadi misdiagnosis dengan pleuritis atau tuberculosis paru-paru. Kadang-kadang pada anak yang lebih besar juga sering diduga sebagai staphylococcal pneumonia.

Manifestasi klinis
Biasanya pada neonatus terjadi distres pernafasan, infeksi saluran nafas rekuren, muntah dan sianosis, karena kolapnya paru-paru yang terkena dan pergeseran struktur mediastinum ke sisi kontralateral serta terganggunya venous return ke jantung .
Pada dewasa, gejala-gejala gastrointestinal lebih sering tampak, karena obstruksi sub akut, atau batuk yang persisten dan masalah saluran nafas. Kadang ditemukan kasus insidental pada laparotomi atau pemeriksaan CT Scan dan MRI yang dilakukan untuk penyakit lain.
Sebuah review menyatakan bahwa 80-90% hernia terjadi di sisi kiri (kemungkinan karena perlindungan dome kanan diafragma oleh hepar), lebih sering pada wanita dan tidak mempunyai kantong. Pada 20% kasus terdapat kantong yang berasal dari membran pleuroperitonealis. Ukuran defek bervariasi dari kecil dengan ukuran lubang 2 – 3 cm sampai meliputi seluruh diafragma. Defek dapat meluas dari dinding dada bagian lateral sampai ke hiatus esophagus. Hernia Bochdalek dilaporkan berhubungan dengan hipoplasia paru-paru, sequestrasi ekstralobaris, dan defek jantung. Derajat hipoplasia secara langsung berpengaruh pada kelangsungan hidup pasien

Diagnosis
Pada anak-anak berdasarkan pada pemeriksaan klinis di mana terdapat abdomen yang scaphoid dan adanya suara usus di thoraks. Pada center yang maju saat ini telah didiagnosis antenatal dengan ultrasonografi pada 40-90% kasus. Pada postnatal, pemeriksaan sinar-X dada sederhana atau jika meragukan dengan barium meal dan followthrough biasanya dapat untuk diagnostik. Gambaran khas berupa radiolusensi multipel di dalam dada karena loop usus yang terisi gas dengan pergeseran mediastinum ke sisi kontralateral, menimbulkan pola yang kadang-kadang menyerupai malformasi adenomatoid kistik di paru-paru. Pada dewasa diagnosis sering salah sampai timbul kecurigaan yang kuat.
Thomas dkk menemukan sekitar 38% pasien hernia Bochdalek dewasa terjadi misdiagnosis, di mana sering keliru didiagnosis sebagai efusi pleura, empyema, kista paru-paru dan pneumothoraks.
Pada dewasa yang asimtomatik diagnosis biasanya ditemukan pada pemeriksaan CT Scan atau MRI yang dilakukan untuk penyakit lain.

Penataksanaan
Tindakan pembedahan dapat dilakukan baik melalui pendekatan abdomen maupun thoraks. Pendekatan abdomen mempunyai keuntungan dapat mengoreksi malrotasi pada saat yang bersamaan. Lebih mudah menarik organ ke bawah dari pada mendorong organ ke dalam kavum abdomen yang sempit. Isi hernia biasanya meliputi usus halus dan sebagian usus besar. Lien juga sering masuk ke kavum thoraks. Kadang-kadang lobus kiri hepar, glandula adrenal kiri atau ginjal kiri juga tampak Melalui incisi subcostal organ abdomen dibebaskan dari rongga thoraks, menampakkan defek pada diafragma.
Ahli bedah lain lebih suka melakukan incisi vertikal karena dapat menunjukkan bagian ventral hernia. Tepi anterior diafragma keseluruhan tampak jelas dengan menarik ke atas dinding abdomen. Memasukkan kateter karet ke dalam kavum thoraks dapat membantu menurunkan tekanan negatif di sekitar organ abdomen, tapi tidak harus dilakukan. Organ abdomen yang herniasi ditarik dengan hati-hati ke dalam kavum abdomen. Kadang-kadang terjadi adhesi yang cukup berat antara tepi defek dengan fleksura lienalis kolon. Diseksi dengan hati-hati pada tepi posterior diafragma, yang biasanya tertutup oleh lapisan peritoneum yang berlanjut dengan pleura parietalis, akan membuat komponen otot posterior tidak menggulung sehingga bisa dijahit dengan tepi anterior. Loop usus yang inkarserasi harus dibebaskan dengan hati-hati. Setelah hernia berhasil direduksi, dimasukkan retractor pada defek untuk melihat kavum thoraks. Kantong hernia harus dicari walaupun sering sulit karena tipis dan transparan. Biasanya tepi defek tajam dan nyata. Jika terdapat kantong, tepi defek menjadi tidak jelas dan tertarik ke arah kavum thoraks. Kantong hernia ditarik ke abdomen dan dieksisi. Celah diafragma ditutup dengan jahitan terputus satu lapis dengan benang non-absorbable. Jika tepi posterior tidak ada, jahitan dapat dibuat melingkari kosta, karena muskulus interkostal tidak cukup kuat sebagai penahan. Defek yang besar dapat ditutup dengan memasang Marlex mesh atau Gortex membran atau dengan membuat flap dari peritoneum, fascia posterior, dan muskulus transversalis dari dinding kiri atas abdomen. Setelah repair diafragma selesai, dipasang chest tube pada rongga thoraks.
Pada beberapa kasus, mediastinum bergeser terlalu cepat ke kiri, dengan overdistensi paru-paru kanan. Keadaan overekspansi ini kadang-kadang dapat menimbulkan pneumothoraks pada sisi kontralateral. Pemasangan chest tuhe pada sisi kontralateral disarankan karena insidensi pneumothoraks yang relatif tinggi pada sisi yang berlawanan dari hernia diafragmatika. Suction dipasang pada setiap chest tube untuk mempertahankan struktur mediastinum pada garis tengah.
Penutupan dinding abdomen dapat menimbulkan masalah, karena sering kali organ abdomen tidak muat ditempatkan di dalam kavum abdomen. Charles dkk merekomendasikan hanya penutupan kulit dengan penundaan penutupan otot yang dapat dilakukan pada situasi tersebut.

Pada keadaan ini dapat menimbulkan terjadinya hernia ventralis, tetapi tekanan pada diafragma dan vena cava inferior akan berkurang. Hernia ventralis direpair 10 hari sampai 2 minggu kemudian, setelah kavum abdomen sudah cukup meluas untuk menampung usus.
Monitor dengan rontgen dada berulang setelah operasi perlu dilakukan. Chest tube dapat diklem bila mediastinum telah berada pada garis tengah dan ahli anestesi mencatat adanya peningkatan pengembangan paru. Jika ventilasi mekanis diperlukan, tekanan inspirasi positif dapat meningkatkan resiko pneumothoraks pada paru-paru yang overdistensi.

Prognosis keseluruhan pada hernia diafragmatika kongenital pada neonatal belum meningkat banyak, terutama pada bayi yang sudah menunjukkan gejala dalam 24 jam pertama kehidupannya. Walaupun penggunaan tekhnik terbaru dari oksigenasi membran ekstra korporeal, angka survival masih sekitar 50-65%. Derajat hipoplasia paru-paru mempengaruhi keberhasilan. Pada dewasa prognosis lebih baik karena tidak adanya hipoplasia paru-paru.

Hernia Bochdalek adalah defek kongenital diafragma bagian posterolateral yang menyebabkan hubungan antara kavum thoraks dengan kavum abdomen. Kanalis pleuroparietalis ini secara normal tertutup oleh membran pleuroparietal pada kehamilan minggu ke-8 sampai ke-10. Kegagalan penutupan kanalis ini dapat menimbulkan terjadinya hernia Bochdalek

http://www.bedahugm.net/Bedah-Digesti/Hernia-Diafragmatika.html



Kamis, 2009 April 16
SEXUALITAS DAN GENDER
Sejak dua darsawarsa terakhir, wacana tentang gender telah menjadi bahasa yang telah memasuki setiap analisis social dan menjadi pokok bahasan dalam perdebatan mengenai perubahan social serta menjadi topic penting dalam setiap perbincangan mengenai tugas, hak dan kewajiban perempuan dan laki-laki.
Istilah gender yang relative baru dalam kalangan masyrakat dan banyak masyarakat yang belum memahami gender secara utuh, sehingga memunculkan berbagai pendapat, sikap dan cara pandang yang berbeda terhadap pengertian gender. Pada umumnya, masyarakat memahami konsep gender sama dengan pengertian jenis kelamin (seks).


Pengertian
1. Seks : pemahaman kelamin secara biologis, alat kelamin pria dan wanita
2. Seksualitas : segala sesuatu yang berkaitan dengan seks, dapat dalam bentuk nilai, orientasi dan perilaku seksual
3. Gender : status dan peran yang diberikan oleh masyarakat terhadap pria atau wanita

Dimensi Seksualitas
1. Dimensi Sosiokultural
2. Dimensi Agama dan Etik
3. Dimensi Psikologis

Gender
Gender mengacu pada perbedaan peran dan tanggung jawab sosial bagi pria dan wanita yang dibentuk oleh budaya

Isu Mengenai Gender
1. Masalah perempuan dan kemiskinan terjadi karena kemiskinan struktural akibat kebijaksanaan pembangunan dan sosial budaya yang berlaku
2. Kesempatan pendidikan dan pelatihan bagi perempuan meningkatkan posisi tawar-menawar menuju kesetaraan gender
3. Masalah kesehatan wanita dan hak reproduksi yang kurang mendapatkan perhatian dan pelayanan yang memadai
4. Kekerasan fisik atau non fisik terhadap perempuan dalam rumah tangga maupun tempat kerja tanpa perlindungan hukum
5. Perlindungan dan pengayoman terhadap hak2 asasi perempuan secara sosial maupun hukum masih lemah
6. Keterbatasan akses perempuan terhadap media massa, sehingga ada kecenderungan media informasi menggunakan tubuh wanita sebagai media promosi dan eksploitasi murahan
7. Perempuan paling rentan terhadap pencemaran lingkungan seperti air bersih, sampah industri dan pencemaran lingkungan yang lain
8. Terbatasnya kesempatan dalam potensi diri perempuan
9. Terbatasnya lembaga2 dan mekanisme yang memperjuangkan perempuan
10. Perempuan yang berada didaerah konflik dan kerusuhan, banyak yang menjadi korban kekejaman dan kekerasan
11. Terbatasnya akses ekonomi perempuan untuk berusaha dibidang ekonomi produktif termasuk mendapatkan modal dan pelatihan usaha
12. Keikutsertaan perempuan dalam merumuskan dan mengambil keputusan dalam keluarga, masyarakat dan negara masih terbatas

Isu Gender dalam Lingkup Kesehatan Reproduksi
1. Safe Motherhood
Ketidakmampuan perempuan dalam mengambil keputusan, kaitannya dengan kesehatan wanita, sikap dan perilaku keluarga yang cenderung mengutamakan laki2 (tuntutan peran ganda)
2. KB
Kesertaan ber-KB 98% perempuan (SDKI, 1997), perempuan tidak mempunyai kekuatan memutuskan metode kontrasepsi. Dalam pengambilan keputusan laki2 lebih dominan
3. Kesrep Remaja
Ketidakadilan dalam membagi tanggung jawab dan ketidakadilan dalam aspek hukum
4. PMS
Perempuan selalu dijadikan objek intervensi dalam program pemberantasan PMS

Penanganan terhadap Isu Gender
1. Masalah kesehatan reproduksi dapat terjadi sepanjang siklus hidup manusia
2. Perempuan lebih rentan dalam menghadapi risiko kesehatan reproduksi
3. Masalah kesehatan reproduksi tidak terpisahkan dari hubungan laki2 dan perempuan
4. Perlunya kepedulian dan tanggung jawab laki-laki
5. Perempuan rentan terhadap kekerasan domestik
6. Kesehatan reproduksi lebih banyak dikaitkan dengan urusan gender

Pengarus-utamaan Gender
1. Merupakan penerapan kepedulian gender dalam analisis, formulasi, implementasi dan pemantauan kebijaksanaan dan program dengan tujuan mencegah terjadinya ketidaksetaraan gender
2. Suatu proses penelahaan implikasi terhadap perempuan dan laki2 dari setiap kegiatan, program, kebijakan, UU dari setiap bidang dan tingkat.
3. Suatu strategi untuk memasukkan isu dan pengalaman perempuan dan laki2 ke dalam suatu dimensi yang integral dalam rancangan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi kebijakan dan program dalam setiap bidang. Agar laki2 dan perempuan mendapat manfaat yang sama.
4. Sasaran utama : mencapai kesetaraan gender

Upaya Kesetaraan Gender diIndonesia
1. Memprioritaskan bidang-bidang yang b.d pemberdayaan perempuan, a.l : (Meneg UPW 1998)
2. Pemberdayaan perempuan disegala aspek kehidupan, terutama pendidikan, kesehatan dan akses terhadap sumber daya
3. Keadilan gender melalui pelaksanaan Gender Man Stream dalam program pembangunan, disamping tetap melaksanakan program2 dalam upaya peningkatkan peran perempuan dalam pembangunan
4. Penghapusan kekerasan terhadap perempuan melalui kebijaksanaan zero toleransi
5. Melindungi hak asasi perempuan dan anak
6. Memperkuat kemampuan perempuan di tingkat nasional dan regional
7. Menetapkan tentang keadilan dan kesetaraan gender sebagai tujuan pembangunan nasional (GBHN 1999-2004)

Gender Main Stream(GSM)
1. Tujuan
UMUM :
Memastikan bahwa semua kebijaksanaan dan program kesehatan mampu menciptakan dan memelihara kondisi kesehatan yang optimal baik untuk laki2 atau perempuan dari semua kelompok umur, secara adil dan setara dengan mengatasi berbagai hambatan yang terkait dengan gender

KHUSUS :
a. Menciptakan suasana yang mendukung untuk memasukkan kepedulian gender dalam kebijaksanaan, rencana program , pelaksanaan dan evaluasi
b. Mengidentifikasi dan menganalisa berbagai faktor yang menjadi penyebab kesenjangan gender dalam upaya peningkatan derajat kesehatan
c. Memasukkan kepedulian gender dalam berbagai upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan mengutamakan kelompok rawan dan kelompok miskin
d. Memantau penerapan GSM dan efeknya terhadap derajat kesehatan laki2 dan perempuan, serta kesenjangan antara keduanya
2. Strategi
a. Pengumpulan data kesehatan melalui sensus, survei nasional dan sistim informasi kesehatan. Diseminasi informasi spesifik gender. Melaksanakan penelitian yang menunjang
b. Advokasi dan sensitisasi para penentu kebijaksanaan dan pengelola program serta petugas kesehatan
c. Menganalisa kebijakan dengan pendekatan perspektif gender.Menemukan upaya untuk mengurangi kesenjangan gender melalui kebijakan
d. Mengembangkan kapasitas program untuk mendesain program berwawasan gender.
e. Memobilisasi sumber2 dan kemitraan, melalui kerjasama dengan sektor terkait.

Penugasan:
1. Berilah komentar mengenai fenomena gender dalam lingkup kebidanan!!!
2. Berilah komentar pada blog paling lambat 27 april 2009 pukul 11.00!!! (komentar sebagai presensi)
Diposkan oleh musfida di 02:57 79 komentar
Selasa, 2008 Desember 02
Pertemuan Keempat (6 Desember 2008)-Tugas
I. KELAINAN METABOLISME
Anak-anak dengan kelainan metabolisme bawaan mempunyai satu atau lebih tanda-tanda dan gejala-gejala yang sangat bervariasi. Tanda dan gejala kelainan metabolisme bawaan antara lain : asidosis metabolik, muntah terus menerus, pertumbuhan terhambat, perkembangan abnormal, kadar metabolit tertentu pada darah dan urin meningkat, misalnya, asam amino atau amonia, bau yang khas pada urin, atau perubahan fisik seperti hepatomegali. Diagnosis untuk menegakkan kelainan metabolisme bawaan yaitu dengan memisahkan tanda dan gejala yang tampak pada periode neonatus dan yang tampak pada anak setelah periode neonatus.
Pada saat lahir, neonatus dengan gangguan metabolik biasanya normal, namun beberapa jam setelah kelahiran timbul tanda-tanda atau gejala-gejala seperti letargi, nafsu makan yang rendah, konvulsi, dan muntah-muntah.
Kebanyakan kelainan metabolisme bawaab diturunkan sebagai sifat resesif autosom, sehingga riwayat kekerabatan dan/atau kematian dalam periode neonatus pada keluarga dekat akan meningkatkan kecurigaan terhadap diagnosis kelainan metabolisme bawaan.
Manifestasi klinik kelainan metabolisme bawaan pada anak, antara lain : retardasi mental, defisit motorik dan konvulsi.
Kelainan metabolisme bawaan dapat terjadi akibat gangguan metabolisme asam amino, gangguan metabolisme lipid atau asam lemak, gangguan metabolisme karbohidrat dan gangguan metabolisme mukopolisakarida.

II. KELAINAN ENDOKRIN
Tanda dan gejala pada kelainan endokrin tergantung pada kelenjar endokrin yang mengalami kelainan.
Bentuk-bentuk kelainan endokrin, antara lain : hiperpituitarisme, hipopituitarisme, diabetes insipidus, diabetes mellitus, hipotiroidisme, tiroiditis, karsinoma tiroid, hipoparatiroidisme, pseusoparatiroidisme, hiperparatiroidisme, insufisiensi adrenokorteks, sindrom adenogenital, sindrom cushing, hipogonadisme hipergonadotropik, hipogonadisme hipogonadotropik.

TUGAS!
1. Buatlah makalah dalam kelompok dengan tema kelainan metabolisme dan kelainan endokrin
2. Bentuk menjadi 4 kelompok
3. Kumpulkan makalahnya kepada mbak erika bagian akademik DIV Kebidanan FK UNS
4. Malakah dikumpulkan selambat-lambatnya 1 minggu (tgl 13 Desember 2008) pkl. 11.00 WIB
5. Makalah akan dipresentasikan pada pertemuan selanjutnya (sesuai kesepakatan)
6. Pelajari materi perkuliahan ASUHAN NEONATUS DENGAN JEJAS PERSALINAN
7. Terima kasih
Diposkan oleh musfida di 19:17 1 komentar
Pertemuan Keempat (6 Desember 2008)
1. Hidrosefalus
Hidrosefalus merupakan kelainan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya Liquor Cerebrospinal (LCS). Kadang disertai dengan peningkatan TIK (Tekanan Intra Kranial)
Etiologi:
• Gangguan sirkulasi LCS
• Gangguan produksi LCS
Tanda dan Gejala:
• Terjadi pembesaran tengkorak
• Terjadi kelainan neurologis, yaitu Sun Set Sign (Mata selalu mengarah kebawah)
• Gangguan perkembangan motorik
• Gangguan penglihatan karena atrofi saraf penglihatan
Penatalaksanaan:
• Pembedahan
• Pemasangan “Suchn Suction”

2. Fimosis
Fimosis merupakan pengkerutan atau penciutan kulit depan penis atau suatu keadaan normal yang sering ditemukan pada bayi baru lahir atau anak kecil, dan biasanya pada masa pubertas akan menghilang dengan sendirinya
Etiologi:
Malformasi konginetal
Tanda dan Gejala:
Gangguan proses berkemih
Penatalaksanaan:
Dilakukan tindakan sirkumsisi

3. Hipospadia
Hipospadia yaitu lubang uretra tidak terletak pada tempatnya, mis : berada di bawah penis
Etiologi
• Uretra terlalu pendek, sehingga tidak mencapai glans penis
• Kelainan terbatas pada uretra anterior dan leher kandung kemih
• Merupakan kelainan konginetal
Tanda dan Gejala:
• Penis agak bengkok
• Kadang terjadi keluhan miksi, jika disertai stenosis pada meatus externus
Penatalaksanaan:
• Pada bayi : dilakukan tindakan kordektomi
• Pada usia 2-4 tahun : dilakukan rekonstruksi uretra
• Tunda tindakan sirkumsisi, hingga kulit preputium penis/scrotum dapat digunakan pada tindakan neouretra
Diposkan oleh musfida di 19:14 0 komentar
Pertemuan Ketiga (2 Desember 2008)
1. Hernia Diafragmatika
Hernia diafragmatika terjadi akibat isi rongga perut masuk ke dalam lobang diafragma
Etiologi:
Kegagalan penutupan kanalis pleuroperitoneum posterolateral selama kehamilan minggu ke-8
Tanda dan Gejala:
Bayi mengalami sesak napas
Bayi mengalami muntah karena obstruksi usus
Penatalaksanaan:
• Berikan diit RKTP
• Berikan Extracorporeal Membrane Oxygenation (EMCO)
• Dilakukan tindakan pembedahan

2. Atresia Duodeni
Atresia Duodeni adalah obstruksi lumen usus oleh membran utuh, tali fibrosa yang menghubungkan dua ujung kantong duodenum yang buntu pendek, atau suatu celah antara ujung-ujung duodenum yang tidak bersambung
Etiologi:
Kegagalan rekanalisasi lumen usus selama masa kehamilan minggu ke-4 dan ke-5
Banyak terjadi pada bayi yang lahir prematur
Tanda dan Gejala:
Bayi muntah tanpa disertai distensi abdomen
Ikterik
Penatalaksanaan:
Pemberian terapi cairan intravena
Dilakukan tindakan duodenoduodenostomi

3. Meningokel dan Ensefalokel
Meningokel dan ensefalokel yaitu adanya defek pada penutupan spina yang berhubungan dengan pertumbuhan yang abnormal korda spinalis atau penutupannya
Etiologi:
Gangguan pembentukan komponen janin saat dalam kandungan
Tanda dan Gejala:
- Gangguan persarafan
- Gangguan mental
- Gangguan tingkat kesadaran
Penatalaksanaan:
Pembedahan
Diposkan oleh musfida di 19:13 0 komentar
Pertemuan Kedua (29 Nopember 2008)
1. Hirschprung
Hirschprung merupakan kelainan konginetal berupa obstruksi pada sistem pencernaan yang disebabkan oleh karena menurunnya kemampuan motilitas kolon, sehingga mengakibatkan tidak adanya ganglionik usus
Etiologi :
Kegagalan pembentukan saluran pencernaan selama masa perkembangan fetus
Tanda dan Gejala :
• Konstipasi/tidak bisa BAB/diare
• Distensi abdomen
• Muntah
• Dinding abdomen tipis
Penatalaksanaan :
• Pengangkatan aganglionik (usus yang dilatasi)
• Dilakukan tindakan Colostomi
• Pertahankan pemberian nutrisi yang adekuat

2. Obstruksi Billiaris
Obstruksi billiaris adalah tersumbatnya saluran kandung empedu karena terbentuknya jaringan fibrosis
Etiologi :
- Degenerasi sekunder
- Kelainan kongenital
Tanda dan Gejala :
- Ikterik (pada umur 2-3 minggu)
- Peningkatan billirubin direct dalam serum (kerusakan parenkim hati, sehingga bilirubin indirek meningkat)
- Bilirubinuria
- Tinja berwarna seperti dempul
- Terjadi hepatomegali
Penatalaksanaan
Pembedahan

3. Omfalokel
Omfalokel merupakan hernia pada pusat, sehingga isi perut keluar dalam kantong peritoneum
Etiologi
Kegagalan alat dalam untuk kembali ke rongga abdomen pada waktu janin berumur 10 minggu
Tanda dan Gejala
- Gangguan pencernaan, karena polisitemia dan hiperinsulin
- Berat badan lahir > 2500 gr
Penatalaksanaan
- Bila kantong belum pecah, diberikan merkurokrom yang bertujuan untuk penebalan selaput yang menutupi kantong
- Pembedahan
Diposkan oleh musfida di 19:10 1 komentar
Selasa, 2008 November 18
KELAINAN BAWAAN PADA NEONATUS DAN PENATALAKSANAANNYA
Pertemuan Pertama (25 Nopember 2008)

Kelainan bawaan pada neonatus dapat terjadi pada berbagai organ tubuh. Dibawah ini beberapa kelainan bawaan pada neonatus, antara lain :

1. Labioskizis dan Labiopalatoskizis
Labioskizis atau labiopalatiskizis merupakan konginetal anomaly yang berupa kelainan bentuk pada struktur wajah, yang terjadi karena kegagalan proses penutupan procesus nasal medial dan maxilaris selama perkembangan fetus dalam kandungan
Etiologi :
• Kegagalan pada fase embrio yang penyebab belum diketahui
• Faktor Herediter
• Abnormal kromosom, mutasi gen dan teratogen
Manifestasi Klinik :
Palatoskizis
Distorsi pada hidung
Adanya celah pada bibir
Labioskizis
Adanya celah pada tekak (uvula), palatum durum dan palatum mole
Adanya rongga pada hidung sebagai celah pada langit-langit
Distorsi hidung
Penatalaksanaan :
• Tergantung pada beratnya kecacatan
• Pertahankan pemberian nutrisi yang adekuat
• Cegah terjadinya komplikasi
• Dilakukan pembedahan

2. Atresia Esophagus
Atresia esophagus adalah gangguan pembentukan dan pergerakan lipatan pasangan kranial dan satu lipatan kaudal pada usus depan primitif
Etiologi dari atresia esophagus yaitu kegagalan pada fase embrio terutama pada bayi yang lahir prematur
Manifestasi klinik pada neonatus dengan atresia esophagus antara lain :
-Hhipersekresi cairan dari mulut
- Gangguan menelan makanan (tersedak, batuk)
Penatalaksanaan :
• Pertahankan posisi bayi atau pasien dalam posisi tengkurap, bertujuan untuk meminimalkan terjadinya aspirasi
• Pertahankan keefektifan fungsi respirasi
• Dilakukan tindakan pembedahan

3. Atresia Rekti dan Atresia Anus
Atresia rekti yaitu obstruksi pada rektum (sekitar 2 c dari batas kulit anus). Pada pasien ini, umumnya memiliki kanal dan anus yang normal
Atresia anus yaitu obstruksi pada anus
Etiologi
Malformasi kongenital
Manifestasi Klinik
- Tidak bisa BAB melalui anus
- Distensi abdomen
- Tidak dapat dilakukan pemeriksaan suhu rektal
- Perut kembung
- Muntah
Penatalaksanaan :
Dilakukan tindakan kolostom

http://noorarifah.blogspot.com/

Selasa, 2008 Desember 02
Pertemuan Keempat (6 Desember 2008)-Tugas
I. KELAINAN METABOLISME
Anak-anak dengan kelainan metabolisme bawaan mempunyai satu atau lebih tanda-tanda dan gejala-gejala yang sangat bervariasi. Tanda dan gejala kelainan metabolisme bawaan antara lain : asidosis metabolik, muntah terus menerus, pertumbuhan terhambat, perkembangan abnormal, kadar metabolit tertentu pada darah dan urin meningkat, misalnya, asam amino atau amonia, bau yang khas pada urin, atau perubahan fisik seperti hepatomegali. Diagnosis untuk menegakkan kelainan metabolisme bawaan yaitu dengan memisahkan tanda dan gejala yang tampak pada periode neonatus dan yang tampak pada anak setelah periode neonatus.
Pada saat lahir, neonatus dengan gangguan metabolik biasanya normal, namun beberapa jam setelah kelahiran timbul tanda-tanda atau gejala-gejala seperti letargi, nafsu makan yang rendah, konvulsi, dan muntah-muntah.
Kebanyakan kelainan metabolisme bawaab diturunkan sebagai sifat resesif autosom, sehingga riwayat kekerabatan dan/atau kematian dalam periode neonatus pada keluarga dekat akan meningkatkan kecurigaan terhadap diagnosis kelainan metabolisme bawaan.
Manifestasi klinik kelainan metabolisme bawaan pada anak, antara lain : retardasi mental, defisit motorik dan konvulsi.
Kelainan metabolisme bawaan dapat terjadi akibat gangguan metabolisme asam amino, gangguan metabolisme lipid atau asam lemak, gangguan metabolisme karbohidrat dan gangguan metabolisme mukopolisakarida.

II. KELAINAN ENDOKRIN
Tanda dan gejala pada kelainan endokrin tergantung pada kelenjar endokrin yang mengalami kelainan.
Bentuk-bentuk kelainan endokrin, antara lain : hiperpituitarisme, hipopituitarisme, diabetes insipidus, diabetes mellitus, hipotiroidisme, tiroiditis, karsinoma tiroid, hipoparatiroidisme, pseusoparatiroidisme, hiperparatiroidisme, insufisiensi adrenokorteks, sindrom adenogenital, sindrom cushing, hipogonadisme hipergonadotropik, hipogonadisme hipogonadotropik.

TUGAS!
1. Buatlah makalah dalam kelompok dengan tema kelainan metabolisme dan kelainan endokrin
2. Bentuk menjadi 4 kelompok
3. Kumpulkan makalahnya kepada mbak erika bagian akademik DIV Kebidanan FK UNS
4. Malakah dikumpulkan selambat-lambatnya 1 minggu (tgl 13 Desember 2008) pkl. 11.00 WIB
5. Makalah akan dipresentasikan pada pertemuan selanjutnya (sesuai kesepakatan)
6. Pelajari materi perkuliahan ASUHAN NEONATUS DENGAN JEJAS PERSALINAN
7. Terima kasih
Diposkan oleh musfida di 19:17 1 komentar
Pertemuan Keempat (6 Desember 2008)
1. Hidrosefalus
Hidrosefalus merupakan kelainan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya Liquor Cerebrospinal (LCS). Kadang disertai dengan peningkatan TIK (Tekanan Intra Kranial)
Etiologi:
• Gangguan sirkulasi LCS
• Gangguan produksi LCS
Tanda dan Gejala:
• Terjadi pembesaran tengkorak
• Terjadi kelainan neurologis, yaitu Sun Set Sign (Mata selalu mengarah kebawah)
• Gangguan perkembangan motorik
• Gangguan penglihatan karena atrofi saraf penglihatan
Penatalaksanaan:
• Pembedahan
• Pemasangan “Suchn Suction”

2. Fimosis
Fimosis merupakan pengkerutan atau penciutan kulit depan penis atau suatu keadaan normal yang sering ditemukan pada bayi baru lahir atau anak kecil, dan biasanya pada masa pubertas akan menghilang dengan sendirinya
Etiologi:
Malformasi konginetal
Tanda dan Gejala:
Gangguan proses berkemih
Penatalaksanaan:
Dilakukan tindakan sirkumsisi

3. Hipospadia
Hipospadia yaitu lubang uretra tidak terletak pada tempatnya, mis : berada di bawah penis
Etiologi
• Uretra terlalu pendek, sehingga tidak mencapai glans penis
• Kelainan terbatas pada uretra anterior dan leher kandung kemih
• Merupakan kelainan konginetal
Tanda dan Gejala:
• Penis agak bengkok
• Kadang terjadi keluhan miksi, jika disertai stenosis pada meatus externus
Penatalaksanaan:
• Pada bayi : dilakukan tindakan kordektomi
• Pada usia 2-4 tahun : dilakukan rekonstruksi uretra
• Tunda tindakan sirkumsisi, hingga kulit preputium penis/scrotum dapat digunakan pada tindakan neouretra
Diposkan oleh musfida di 19:14 0 komentar
Pertemuan Ketiga (2 Desember 2008)
1. Hernia Diafragmatika
Hernia diafragmatika terjadi akibat isi rongga perut masuk ke dalam lobang diafragma
Etiologi:
Kegagalan penutupan kanalis pleuroperitoneum posterolateral selama kehamilan minggu ke-8
Tanda dan Gejala:
Bayi mengalami sesak napas
Bayi mengalami muntah karena obstruksi usus
Penatalaksanaan:
• Berikan diit RKTP
• Berikan Extracorporeal Membrane Oxygenation (EMCO)
• Dilakukan tindakan pembedahan

2. Atresia Duodeni
Atresia Duodeni adalah obstruksi lumen usus oleh membran utuh, tali fibrosa yang menghubungkan dua ujung kantong duodenum yang buntu pendek, atau suatu celah antara ujung-ujung duodenum yang tidak bersambung
Etiologi:
Kegagalan rekanalisasi lumen usus selama masa kehamilan minggu ke-4 dan ke-5
Banyak terjadi pada bayi yang lahir prematur
Tanda dan Gejala:
Bayi muntah tanpa disertai distensi abdomen
Ikterik
Penatalaksanaan:
Pemberian terapi cairan intravena
Dilakukan tindakan duodenoduodenostomi

3. Meningokel dan Ensefalokel
Meningokel dan ensefalokel yaitu adanya defek pada penutupan spina yang berhubungan dengan pertumbuhan yang abnormal korda spinalis atau penutupannya
Etiologi:
Gangguan pembentukan komponen janin saat dalam kandungan
Tanda dan Gejala:
- Gangguan persarafan
- Gangguan mental
- Gangguan tingkat kesadaran
Penatalaksanaan:
Pembedahan
Diposkan oleh musfida di 19:13 0 komentar
Pertemuan Kedua (29 Nopember 2008)
1. Hirschprung
Hirschprung merupakan kelainan konginetal berupa obstruksi pada sistem pencernaan yang disebabkan oleh karena menurunnya kemampuan motilitas kolon, sehingga mengakibatkan tidak adanya ganglionik usus
Etiologi :
Kegagalan pembentukan saluran pencernaan selama masa perkembangan fetus
Tanda dan Gejala :
• Konstipasi/tidak bisa BAB/diare
• Distensi abdomen
• Muntah
• Dinding abdomen tipis
Penatalaksanaan :
• Pengangkatan aganglionik (usus yang dilatasi)
• Dilakukan tindakan Colostomi
• Pertahankan pemberian nutrisi yang adekuat

2. Obstruksi Billiaris
Obstruksi billiaris adalah tersumbatnya saluran kandung empedu karena terbentuknya jaringan fibrosis
Etiologi :
- Degenerasi sekunder
- Kelainan kongenital
Tanda dan Gejala :
- Ikterik (pada umur 2-3 minggu)
- Peningkatan billirubin direct dalam serum (kerusakan parenkim hati, sehingga bilirubin indirek meningkat)
- Bilirubinuria
- Tinja berwarna seperti dempul
- Terjadi hepatomegali
Penatalaksanaan
Pembedahan

3. Omfalokel
Omfalokel merupakan hernia pada pusat, sehingga isi perut keluar dalam kantong peritoneum
Etiologi
Kegagalan alat dalam untuk kembali ke rongga abdomen pada waktu janin berumur 10 minggu
Tanda dan Gejala
- Gangguan pencernaan, karena polisitemia dan hiperinsulin
- Berat badan lahir > 2500 gr
Penatalaksanaan
- Bila kantong belum pecah, diberikan merkurokrom yang bertujuan untuk penebalan selaput yang menutupi kantong
- Pembedahan
http://noorarifah.blogspot.com/2008_12_01_archive.html

Penyakit pada bayi baru lahir
May 27, 2008 • 6 Comments
-BBLR
-Prematur
#####
Bayi derat lahir rendah (BBLR)
Batasan :
Bayi baru lahir dengan BB saat lahir kurang dari 2500gr. Bila berat kurang dari 1500 gram digolongkan dalam BBLSR(bayi berat lahir sangat rendah)
Etiologi:
Faktor ibu: Hipertensi, kelainan kardio vaskuler perokok dan alkoholisme, kecanduan obat, malnutrisi, kelainan uterus inkopetensi cerviks, infeksi saluran kemih, ketuban pecah dini
Faktor plasenta: kelainan plasenta, abrupsio plasenta, plasenta previa
Faktor janin: infeksi, kelainan kromosom, cacat bawaan, arteri umbilikalis tunggal, polihidramnon, kehamilan kembar
Patogenesis
Etiologi–> gangguan sirkulasi uteroplasenta–> insufisiensi plasenta–> suplai nutrient & oksigen tidak adekuat–> gangguan pertumbuhan intra uterin? BBLR
Etiologi: partus prematurus
Bentuk klinik
-Prematuritas murni (BBLR dengan masa getasi < 37 minggu)
-Dismatur (BBLR kecil masa kehamilan/ masa getasi > 37 minggu
-Gabungan 1 & 2 (BBLR dengan masa getasi < 37 minggu dan kecil masa kehamilan)
Komplikasi:
-Bayi prematur: asfiksia, sindroma gawat nafas neonatus, hipotermia, hipoglikemia, hipokalsemia, hiper- bilirubinemia, pendarahan peri-intraventrikuler, pendarahan paru dan enterokolitis nekrotikan.
-Bayi kecil masa kehamilan: hipoglikemia, asfiksia, infeksi, aspirasi mekoneum, polisitemia, hiperbilirubinemia dan kelainan kongenital.
Prognosis
Tergantung masa gestasi, berat lahir, dan komplikasi
Dasar diagnosis
Berat lahir <2500 gram
Langkah diagnosis
-Timbang berat bayi
-Tentukan masa gestasi (hari pertama haid terakhir, skor Ballard)
-Tentukan bayi sesuai masa kehamilan atau kecil masa kehamilan dengan menggunakan kurve pertumbuhan dan perkembangan intra uterin dari Battalgia dan Lubchenco (1967)
1. Masa gestasi < 37 minggu prematuritas murni
2. Masa gestasi > 36 minggu? dismatur
3. Masa gestasi < 37 dan berat lahir kurang untuk masa gestasi tersebut? gabungan keduanya
-Cari faktor atau penyebab / resiko yang mendasari
Penatalaksanaan
1. Prematuritas murni:
Berat lahir kurang dari 1500 gram
-Dirawat dalam inkubator, pertahankan suhu tubuh antara 36,5 – 37 C
-Bila tidak ada SGNN dapat diberi minum per oral susu rendah laktosa/ ASI dengan menghisap sendiri atau dengan pipa nasogastik. Bila tidak dapat memenuhi semua kebutuhan peroral, maka diberikan sebanyak yang dapat ditoleransi lambungnya dan sisanya diberikan dengan IVFD.
Berat lahir lebih dari 1500 gram
-Tampa asfiksia, tidak ada tanda- tanda SGNN dan reflek isap baik rawat gabung dengan metode kangguru dan langsung diberi ASI / LLM
2. Dismatur
Berat lahir kurang dari 1500 gram
-Dirawat dalam inkubator, pertahankan suhu tubuh antara 36,5 – 37 C
-Bila reflek isap baik dan tidak ada SGNN dan reflek isap baik langsung diberi minum LLM/ ASI per oral lebih dini (2 jam setelah lahir). Bila reflek isap kurang diberikan minum melalui pipa nasogastrik.
Berat lahir lebih dari 1500 gram
-Tanpa asfiksia, tidak ada tanda- tanda SGNN dan reflek isap baik rawat gabung dan langsung diberi LLM/ ASI lebih dini (2 jam setelah lahir)
3. Bayi dengan masa gestasi kurang dari 37 minggu dan kecil untuk masa kehamilan. Penatalaksanaannya sama dengan bayi prematur dengan berat lahir kurang dari 1500 g
Tindak lanjut:
-Observasi ketat tanda- tanda vital dan kemampuan minum serta pertambahan berat badan
-Awasi komplikasi yang mungkin timbul: hipotermia, hipoglemia, hipocalsemia, polisitemia, hiperbilirubinemia, perdarahan peri-intra ventikuler, perdarahan paru dan enterokolitis nekrotikan dan infeksi.
-Pastikan komplikasi yang dicurigai dengan pemeriksaan penunjang:
USG transontantanela (perdarahan peri-intra ventrikuler)
Dextro stick (Hipoglikemia)
Hematokrit (Polisitemia)
Kadar bilirubin
Darah rutin dan CRP (infeksi)
Indikasi pulang:
Bayi sudah dapat minum secara adekuat sesuai dengan kebutuhan dan tidak ada komplikasi
#####
SINDROMA GAWAT NAFAS NEONATUS (SGNN)
Batasan:
Kumpulan dari 2 atau lebih gejala: gangguan ventilasi paru yang menetap setelah 4 jam pertama sesudah lahir, ditandai dengan:
-frekuensi nafas >60 kali/ menit;
-merintih pada waktu ekspirasi,
-retraksi otot- otot bantu pernafasan pada waktu inspirasi/ retraksi interkostal, subkostal, suprasternal, epigastrium;
-pernafasan cuping hidung
-sianosis
Etiologi
-Gangguan traktus respiratorius: Hyaline Membrane Disease(HMD), Transient Tachypnoe of the Newborn(TTN), Infeksi(Pneumonia), Sindroma Aspirasi, Hipoplasia Paru, hip-ertensi pulmonal, kelainan kongenital(Choanal Atresia, Hernia Diafragmatika, Pierre- robin syndrome), Pleural Effusion, kelumpuhan saraf frenikus, dll
-Luar traktus respiratoris: kelainan jantung kongenital, kelainan metabolik, darah dan SSP
Patofisiologi
Hipoksia dan hiperkarbia–>asidosis respiratorik–>asidosis metabolic–>gangguan fungsi organ dengan segala akibatnya
Bentuk klinik
Tergantung penyebab. Tersering HMD (pada BBLR)
Komplikasi
-Infeksi sekunder
-Akibat jangka panjang akibat hipoksia: kemunduran intelektual, defisit neurologik, dan epilepsi.
-Akibat pernafasan bantu secara mekanik yang lama:Bronchopulmonary dysplasia, emfisema jaringan interstisial paru, retrolentar fibroplasia, PDA, perdarahan intraventrikuler, pneumothorax
-Sesuai dengan penyebab, dapat ditemukan komplikasi tersendiri, misalnya pada aspirasi mekonium dapat terjadi pneumotoraks atau pneumomediastinum
Prognosis
Tergantung dari penyebab SGNN. Pada HMD tanpa pernafasan bantu 80-90% meninggal.
Diagnosis
Mengidentifikasi gejala dasar seperti tertulis dalam batasan. Kemudian cari faktor penyebab. Tetapkan gangguan keseimbangan asam basa, derajat anoreksia, dan komplikasi lain.
Langkah diagnosis:
Gejala dasar dapat ditetapkan dengan pemeriksaan rutin.
Langkah mencari faktor penyebab: cari faktor predisposisi; lakukan foto toraks; cari gejala spesifik untuk berbagai faktor penyebab. Lakukan pemeriksaan spesifik berdasarkan dugaan faktor penyebab
http://italina89.wordpress.com/2008/05/27/penyakit-pada-bayi-baru-lahir/

DECOMPENSATIO CORDIS
Posted on Februari 3, 2009 by idmgarut
Pendahuluan
Dekompensasi kordis (DK) atau gagal jantung (GJ) adalah suatu keadaan dimana jantung tidak dapat mempertahankan sirkulasi yang adekuat yang ditandai oleh adanya suatu sindroma klinis berupa dispnu ( sesak nafas ), fatik ( saat istirahat atau aktivitas ), dilatasi vena dan edema, yang diakibatkan oleh adanya kelainan struktur atau fungsi jantung.1,2
Insiden penyakit gagal jantung saat ini semakin meningkat. Dimana jenis penyakit gagal jantung yang paling tinggi prevalensinya adalah Congestive Heart Failure (CHF). Di Eropa, tiap tahun terjadi 1,3 kasus per 1000 penduduk yang berusia 25 tahun.3 Sedang pada anak – anak yang menderita kelainan jantung bawaan, komplikasi gagal jantung terjadi 90% sebelum umur 1 tahun, sedangkan sisanya terjadi antara umur 5 – 15 tahun.4
Perlu diketahui, bahwa dekompensasi kordis pada bayi dan anak memiliki segi tersendiri dibandingkan pada orang dewasa, yaitu :
1. Sebagian besar penyebab gagal jantung pada bayi dan anak dapat diobati
( potentially curable ).
2. Dalam mengatasi gagal jantung tidak hanya berhenti sampai gejalanya hilang, melainkan harus diteruskan sampai ditemukan penyebab dasarnya.
3. Setelah ditemukan penyebabnya, bila masih dapat diperbaiki maka harus segera dilakukan perbaikan.
4. Lebih mudah diatasi dan mempunyai prognosis yang lebih baik daripada gagal jantung pada orang dewasa.4
Sementara itu, menurut Aulia Sani, penyakit gagal jantung meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data di RS Jantung Harapan Kita, peningkatan kasus dari penyakit gagal jantung ini pada tahun 1997 adalah 248 kasus, kemudian melaju dengan pesat hingga mencapai puncak pada tahun 2000 dengan 532 kasus. Karena itulah, penanganan sedini mungkin sangat dibutuhkan untuk mencapai angka mortalitas yang minimal terutama pada bayi dan anak-anak.3,4
Etiologi
1. Penyakit jantung bawaan terutama kelainan dengan pirau kiri ke kanan (”L-R shunt“) yang besar atau kelainan obstruksi ventrikel kiri maupun kanan.
2. Kelainan jantung didapat, miokarditis, penyakit jantung rematik, endokarditis infektif.
3. Aritmia.
4. Iatrogenik : pasca operasi jantung terbuka (VSD), overload cairan.
5. Non kardiak : tirotoksikosis, fistula arterio-vena sistemik, penyakit paru-paru akut dan kronis, penyakit kolagen atau neuromuskuler.5
Patofisiologi
Belum jelas seluruhnya sehingga masih dilakukan penelitian lebih lanjut. Beberapa mekanisme adaptasi terjadi pada gagal jantung di antaranya adalah :
1. Faktor mekanis berupa hipertrofi dan dilatasi.
2. Faktor biokimia. Terdapat perubahan biokimia; sampai saat ini masih terus diselidiki mengenai produksi energi, penyimpanan dan penggunaanya.
3. Peranan sistem saraf adrenergik.
4. Peranan ginjal.
5. Peranan eritrosit. Terdapat pergeseran pada disosiasi oksigenhemoglobin, seperti tampak juga pada anemia, hipoksia dan yang tinggal di tempat yang tinggi.4
Gejala klinik
Secara hemodinamik, gejala klinis gagal jantung pada bayi dan anak dapat digolongkan dalam 3 golongan, yaitu :
1. Gejala perubahan pada jantung/kerja jantung.
a. Takikardia
b. Kardiomegali
c. Failure to thrive
d. Keringat berlebihan
e. Pulsasi arteri melemah dan tekanan nadi mengecil yang terjadi akibat menurunnya curah jantung.
2. Gejala kongesti.
a. Takipnu
b. Kesukaran minum
c. Wheezing
d. Kapasitas vital menurun
3. Gejala bendungan sistem vena
a. Hepatomegali
b. Peninggian tekanan vena jugularis
c. Edema4
Diagnosis
Diagnosis gagal jantung dibuat berdasarkan anamnesis, gejala klinis, pemeriksaan fisik, dan foto torak. Pemeriksaan EKG membantu untuk mendiagnosis etiologi (misalnya disritmia).5
Tanda gagal jantung yang paling sering ditemukan adalah : takikardia, irama gallop, kardiomegali, gagal tumbuh, berkeringat, takipnu, hepatomegali, dan edema palpebra.5
Gagal jantung sendiri merupakan proses progresif, walaupun tidak ada kerusakan baru terjadi pada jantung.6 Dalam mendiagnosa terjadinya dekompensasi kordis atau gagal jantung ini, haruslah berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik/jasmani, elektrokardiografi/foto toraks, ekokardiografi-Doppler dan kateterisasi.2
Namun walaupun demikian beberapa gejala pokok dapat digunakan untuk menentukan diagnosis gagal jantung pada bayi yaitu : takikardia, takipnu, kardiomegali, hepatomegali dan irama derap.4
Beberapa penyakit yang gejalanya menyerupai gagal jantung pada bayi ialah : sindrom gangguan pernapasan, bronkiolitis akut yang berat, fistula trakeo-esofagus, hernia diafragmatika dan lain – lain.4
Penatalaksanaan
Dulu gagal jantung dianggap merupakan akibat dari berkurangnya kontraktilitas dan daya pompa sehingga diperlukan inotropik untuk meningkatkannya dan diuretik serta vasodilator untuk mengurangi beban jantung.2
Sekarang gagal jantung dianggap sebagai remodelling progresif akibat beban/penyakit pada miokard sehingga pencegahan progresivitas dengan penghambat neurohumoral (neurohumoral blocker) seperti ACE-Inhibitor, Angiotensin Receptor-Blocker atau Penyekat Beta diutamakan di samping obat konvensional (diuretika dan digilatis) ditambah dengan terapi yang muncul belakangan ini seperti bedah rekonstruksi ventrikel kiri (LV reconstruction surgery) dan miplasti.2
Penatalaksanaan dari dekompensasi kordis pada dasarnya diberikan hanya untuk menunggu saat terbaik untuk melakukan tindakan bedah pada penderita yang potentially curable. Dasar pengobatan dekompensasi kordis dapat dibagi menjadi :
Non medikamentosa, medikamentosa dan operatif.2,4,10
1. Non medikamentosa.
Dalam pengobatan non medikamentosa yang ditekankan adalah istirahat, dimana kerja jantung dalam keadaan dekompensasi harus dikurangi benar – benar dengan tirah baring ( bed rest ) mengingat konsumsi oksigen yang relatif meningkat.
Sering tampak gejala – gejala jantung jauh berkurang hanya dengan istirahat saja. Diet umumnya berupa makanan lunak dengan rendah garam. Jumlah kalori sesuai dengan kebutuhan. Penderita dengan gizi kurang diberi makanan tinggi kalori dan tinggi protein. Cairan diberikan sebanyak 80 – 100 ml/kgbb/hari dengan maksimal 1500 ml/hari.4,10
2. Medikamentosa
Pengobatan dengan cara medikamentosa masih digunakan diuretik oral maupun parenteral yang masih merupakan ujung tombak pengobatan gagal jantung. Sampai edema atau asites hilang (tercapai euvolemik). ACE-inhibitor atau Angiotensin Receptor Blocker (ARB) dosis kecil dapat dimulai setelah euvolemik sampai dosis optimal. Penyekat beta dosis kecil sampai optimal dapat dimulai setelah diuretik dan ACE-inhibitor tersebut diberikan.7,8
Digitalis diberikan bila ada aritmia supra-ventrikular (fibrilasi atrium atau SVT lainnya) dimana digitalis memiliki mamfaat utama dalam menambah kekuatan dan kecepatan kontraksi otot.9,12 Jika ketiga obat diatas belum memberikan hasil yang memuaskan. Aldosteron antagonis dipakai untuk memperkuat efek diuretik atau pada pasien dengan hipokalemia, dan ada beberapa studi yang menunjukkan penurunan mortalitas dengan pemberian jenis obat ini.3
Pemakaian obat dengan efek diuretik-vasodilatasi seperti Brain N atriuretic Peptide (Nesiritide) masih dalam penelitian. Pemakaian alat Bantu seperti Cardiac Resychronization Theraphy (CRT) maupun pembedahan, pemasangan ICD (Intra-Cardiac Defibrillator) sebagai alat pencegah mati mendadak pada gagal jantung akibat iskemia maupun non-iskemia dapat memperbaiki status fungsional dan kualitas hidup, namun mahal. Transplantasi sel dan stimulasi regenerasi miokard, masih terkendala dengan masih minimalnya jumlah miokard yang dapat ditumbuhkan untuk mengganti miokard yang rusak dan masih memerlukan penelitian lanjut.
3. Operatif
Pemakaian Alat dan Tindakan Bedah antara lain :
• Revaskularisasi (perkutan, bedah)
• Operasi katup mitral
• Aneurismektomi
• Kardiomioplasti
• External cardiac support
• Pacu jantung, konvensional, resinkronisasi pacu jantung biventricular.
• Implantable cardioverter defibrillators (ICD).
• Heart transplantation, ventricular assist devices, artificial heart.
• Ultrafiltrasi, hemodialisis.7,8
Mekanisme kerja Dekompensasi kordis
Mekanisme kerja dari dekompensasi kordis atau gagal jantung haruslah dipahami agar pengobatan serta pencegahan dapat dilakukan secara tepat. Pompa yang tidak adekuat dari jantung merupakan dasar terjadinya dekompensasi jantung. “Pompa yang lemah” tidak dapat memenuhi keperluan terus-menerus dari tubuh akan oksigen dan zat nutrisi. Sebagai reaksi dari hal tersebut :
Awalnya dinding jantung merentang untuk menahan lebih banyak darah karena hal ini, maka otot jantung menebal untuk memompa lebih kuat. Sementara itu ginjal menyebabkan tubuh menahan cairan dan sodium. Ini menambah jumlah darah yang beredar melalui jantung dan pembuluh darah. Hal ini menyebabkan kenaikkan yang progresif pada tekanan pengisian sistemik rata-rata dimana tekanan atrium kanan meningkat sampai akhirnya jantung mengalami peregangan yang berlebihan atau menjadi sangat edema sehingga tidak mampu memompa darah yamg sedang sekalipun.11 Tubuh kemudian mencoba untuk berkompensasi dengan melepaskan hormon yang membuat jantung bekerja lebih keras. Dengan berlalunya waktu, mekanisme pengganti ini gagal dan gejala-gejala gagal jantung mulai timbul. Seperti gelang karet yang direntang berlebihan, maka kemampuan jantung untuk merentang dan mengerut kembali akan berkurang. Otot jantung menjadi terentang secara berlebihan dan tidak dapat memompa darah secara efisien.6,7
Prognosis
Pada bayi dan anak lebih baik daripada orang dewasa bila ditolong dengan segera. Hal ini disebabkan oleh karena belum terjadi perburukan pada miokardium.
Ada beberapa faktor yang menentukan prognosa, yaitu :
• Waktu timbulnya gagal jantung.
• Timbul serangan akut atau menahun.
• Derajat beratnya gagal jantung.
• Penyebab primer.
• Kelainan atau besarnya jantung yang menetap.
• Keadaan paru.
• Cepatnya pertolongan pertama.
• Respons dan lamanya pemberian digitalisasi.
• Seringnya gagal jantung kambuh.4
Upaya pencegahan
Pencegahan gagal jantung, harus selalu menjadi hal yang diutamakan, terutama pada kelompok dengan risiko tinggi.
• Obati penyebab potensial dari kerusakan miokard.
• Pengobatan infark jantung segera di triase, serta pencegahan infark ulangan.
• Pengobatan hipertensi yang agresif.
• Koreksi kelainan kongenital serta penyakit katup jantung.
• Memerlukan pembahasan khusus.
• Bila sudah ada disfungsi miokard, upayakan eliminasi penyebab yang mendasari.4
Ringkasan
Dari pembahasan diatas dapat kita ketahui, bahwa penyakit dekompensasi kordis masih merupakan masalah yang memiliki tingkat mortalitas yang tinggi terutama pada bayi dan anak, jika tidak ditangani dengan baik.
Penanganan dari gagal jantung memerlukan perhitungan serta pertimbangan yang tepat agar tidak memperburuk keadaan jantung dari penderita. Selain itu edukasi mengenai gagal jantung, penyebab, dan bagaimana mengenal serta upaya bila timbul keluhan dan dasar pengobatan sangatlah penting terutama bagi orang tua dan keluarga pasien agar dapat membantu memaksimalkan proses penyembuhan dan menurunkan angka mortalitas. Istirahat serta rehabilitasi, pola diet, kontrol asupan garam, air, monitor berat badan adalah cara – cara yang praktis untuk menghambat progresifitas dari penyakit ini. Pada perjalanan jauh dengan pesawat, ketinggian, udara panas dan humiditas memerlukan perhatian khusus. Konseling mengenai obat, baik khasiat maupun efek samping.
Transplantasi jantung sebagai alternatif lain memberikan tingkat kesembuhan yang cukup tinggi, 84% bertahan hidup sampai lima tahun dan 70% bertahan sampai 10 tahun. Hanya kendalanya pada fasilitas yang rumit dan biaya transplantasi yang mahal. Negara-negara tertentu saja yang dapat melakukan transplantasi seperti Jerman dan Amerika Serikat. Negara tetangga kita Malaysia pun telah berhasil melakukan sepuluh transplantasi. Mari kita tunggu terobosan ahli kardiovaskuler Indonesia untuk melakukan transplantasi jantung yang pertama.
http://idmgarut.wordpress.com/2009/02/03/decompensatio-cordis/

Stats Button

Visitors

free counters
Blogger Templates

Chat Box

Pengikut

 
Ners. Design by Wpthemedesigner. Converted To Blogger Template By Anshul Tested by Blogger Templates.