HIPOGLIKEMIA & DIABETES MELITUS
Hipoglikemi
“Reaksi insulin” sering trjadi pada diabetes anak-anak, dan pada banyak penderita diabetes kadang-kadang peristiwa hipoglikemi adalah akibat pengaturan diabetes yang baik. Kenaikan uptake glukosa pada otot rangka waktu kerja tidak tergantung dari insulin. Harus dipikirkan Lebih dahulu efek ini pada penderita diabetes yang mendapat insulin dengan menyesuaikan diet atau dosis insulin mereka bila mereka melakukan bekerja.
Gejala-gejal hipoglikemia juga terjadi pada nondiabetik dan tinjauan dari beberapa penyebab yang lebih penting menekankan berbagai pengaruh homeostatis glukosa darah. Hipoglikemia ringan yang kronis dapat menyebabkan inkoordinasi dan bicara yang “slurred” dan keadaan ini dapat disalahtafsirkan dengan mabuk. Penyimpangan mental dan konvulsi dengan tanpa adanya koma yang nyata juga terjadi. Bila kadar sekresi insulin meningkat secara kronis yang disebabkan karena tumor yang mensekresi insulin (insulinoma) atau hiperplasia sel-sel B, gejala-gejalanya paling sering pada waktu pagi hari. Ini disebabkan karena waktu malam karena tidak makan menyebabkan penurunan cadangan glikogen hati. Akan tetapi, gejala-gejala dapat timbul setiap saat dan pada penderita seperti ini diagnosis dapat salah. Beberapa kasus insulinoma telah didiagnosis salah sebagai lepra atau psikosis. Hipoglikemia juga terdapat pada beberapa penderita dengan tumor-tumor ganas yang luas dan sebagian dari tumor ini jelas mengekskresi IGF H, suatu somatomedin dengan aktivitas yang menyerupai insulin. Pada penyakit hati, kurva tolereansi glukosa yang mirip kurva toleransi diabetes tetapi kdar glukosa darah puasa rendah. Pada hipoglikemia fungsional kenaikan glukosa darah adalah normal setelah dosis test glukosa tetapi penurunan selanjutnya “over shoots” sampai tingkat hipoglikemia, menimbulkan gejala-gejala 3-4 jam setelah makan. Gambaran ini kadang-kadang terlihat pada individu yag kemudian menderita diabetes. Sebagian penderita dengan sindroma ini adalah orang yang tegang, teliti dengan gejala-gejala autonom yang aktivitasnya berlebihan. Telah dikemukakan bahwa ”overshoot” glukosa darah disebabkankarena sekresi insulin yang dirangsang oleh imouls dalam nervus vagus kanan, tetapi agen penghambat kolinergik secara rutin tidak memperbaiki kelainan ini. Pada beberapa penderita tirotiksikosis dan pada penderita yang telah mengalami gastrektomi atau operasi lainnya dimana pemasukan makanan ke dalam usus cepat, cepatan absorbsi glukosa abnormal. Glukosa darah meningkat sampai puncaknya pada waktu permulaan, tetapi kemudian turun dengan cepat ke tingkat hipoglikemia sebab gelombang hipoglikemia merangsang sekresi insulin lebih besar daripada normal. Gejala-gejala yang khas timbul kira-kira 2 jam setelah makan.
Diabetes Melitus
Diabetes yang terjadi spontan sering terdapat pada manusia daripada species lain. Di Amerika, telah dihitung bahwa hampir 5% penduduk menderita penyakit ini. Penyakit ini tidak hanya pada suatu saat akan menyebabkan asidosis dan koma yang berbahaya, tetapi penyakit ini dihubungkan dengan lesi-lesi vaskular yang dapat menyebabkan kebutaan dan payah ginjal dan aterosklerosis yang dipercepat timbulnya.
Penyebab diabetes klinik selalu defisiensi insulin, tetapi defisiensi ini biasanya relatif bukan absolut. Jadi, diabetes terjadi bila pulau langerhans pankreas mengalami kerusakan sehingga jumlah insulin yang disekresi berkurang, atau bila efek insulin pada jaringan berkurang dan peningkatan kompensasi sekresi insulin tidak cukup. Seperti hipertensi, keadaan ini jelas merupakan suatu sindroma dengan penyebab multipel. Sebagian penyebabnya nyata, misalnya diabetes yang menyertai pembedahan pembuangan pankreas, atau diabetes yang disebabkan oleh somatostatinoma pankreas. Sekresi insulin yang abnormal sekarang telah ditemukan pada beberapa kasus. Kasus lain disebabkan karena sekresi hormon pertumbuhan atau glukokortikoid yang berlebihan, dengan akibat resisten terhadap insulin dan akhirnya sel B mengalami kematian. Akan tetapi, pada sebagian besar kasus manusia, penyebabnya tidak demikian jelas.
Terdapat 2 jenis umum diabetes spontan pada manusia; maturity onset (insulin independent) diabetes dan juvenile (insulin dependent) diabetes. Maturity-onset biasanya timbul setelah usia 40 tahun, timbulnya lambat, jarang dikaitkan dengan ketosis, dan biasanya dihubungkan dengan morfologi sel B dan kandungan insulin yang normal bila sel B tidak mengalami kelelahan. Kadar insulin plasma seringkali normal atau meningkat, disertai respon insulin terhadap glukosa yang berlebihan dan memanjang. Hampir semua penderita dengan semua diabetes ini adalah gemuk dan toleransi glukosanya kembali ke normal atau mendekati normal bila mereka mengurangi berat badannya. Reseptor insulin pada sel-sel jaringan adiposanya berkurang dan jumlah reseptor insulin bertambah dengan mengurangi berat badan. Perubahan yang sama dalam jumlah reseptor terdapat pada orang gemuk non diabetes dan sukarelawan-sukarelawan yang dipaksakan makan mempunyai jumlah reseptor insulin yang berkurang per sel adiposa waktu berat badan mereka bertambah, jumlah reseptor insulin akan kembali ke normal bila berat badan secara perlahan-lahan dikurangi. Oleh karena itu, telah dibuat hipotesis bahwa individu yang menderita maturity-onset diabetes maknnya berlebihan, dengan akibat terjadinya perangsangan sekresi insulin yang bertambah dan kadar insulin plasma yang meningkat menyebabkan penurunan pengaturan reseptor. Respon kompensasi mengakibatkan penurunan kepekaan insulin lebih lanjut meningkatkan sekresi insulin. Individu normal menunjukan respon yang sama, tetapi diabetes yang nyata terjadi bila cadangan pankreas dilampaui. Juga terdapat unsur genetik yang kuat atau paling tidak familial pada bentuk diabetes ini. Bila salah satu kembar identik menderita maturity-onset diabetes, lainnya hampir selalu menderita juga – yaitu concordance rate mendekati 100%. Sebaliknya pada juvenile diabetes, concordance rate sekitar 50%.
Juvenile diabetes biasanya timbul sebelum usia 40 tahun, tidak dikaitkan dengan obesitas dan sering mengalami komplikasi ketosis dan asidosis. Insulin plasma rendah atau tidak dapat diukur dan sering menunjukan perubahan patologis pada sel-sel B. Pada diabetes jenis ini, riwayat keluarga mengenai diabetes lebih jarang, tetapi tidak seperti maturity-onset diabetes, terdapat insiden antigen HLA tertentu yang lebih tinggi dari normal. Antigen HLA merupakan suatu protein pada permukaan semua sel berinti yang memberikan ciri pada jaringan sehingga bila ditransplantasikan, ia ditolak oleh tuan rumah sebagai benda asing. Gen yang memberikan kode pada antigen ini terdapat pada lokus yang dinamakan A, B, C, dan D pada kromosom 6, dan antigen diidentifikasi dipandang dari segi lokus tersebut. Antigen yang berhubungan dengan peningkatan insiden juvenile diabetes terdapat dalam kelompok B dan D. Antigen HLA dekat dengan gen yang mengatur respon imun dan terdapat beberapa bukti bahwa juvenile diabetes merupakan suatu penyakit autoimun. Selain itu, sejumlah infeksi virus akut dihubungkan dengan juvenile diabetes, dan virus gondongan (mumps) dan beberapa virus coxachie telah terbukti menyerang pulau Langerhans. Akan tetapi, jalan dimana sistem HLA, mekanisme imun, dan infeksi virus bekerja mengakibatkan hilangnya sel-sel B dan akhirnya menimbulkan diabetes masih sedang diselisiki.
Kebutuhan Insulin
Dosis insulin yang diperlukan untuk mengontrol diabetes berbeda dari penderita ke penderita dan dari waktu ke waktu pada penderita yang sama. Faktor-faktor yang mempengaruh kebutuhan insulin akan mempengaruhi toleransi glukosa. Jadi kebutuhan onsulin meningkat bila penderita bertambah berat; bila mereka mensekresi atau mendapat peningkatan jumlah glukokortikoid dan hormon-hormon lain yang bersifat diabetogenik; waktu hamil; dan adanya infeksi dan demam. Kebutuhan menurun bila berat badan penderita berkurang dan waktu melakukan kerja.
Hubungan Glukagon dengan Diabetes
Hubungan glukagon dengan diabetes pada binatang percobaan dan adanya bukti sekresi glukagon pada binatang pankreatektomi. Somatostatin juga menurunkan glukosa plasma pada penderita diabetes, tetapi kadar glukosa tidak turun terus. Selain itu terdapat peningkatan asam-asam amino dan keton dalam darah. Jadi, defisiensi insulin tanpa adanya hiperglukagonemia tetap menyebabkan hiperglikemia dan ketosis. Akan tetapi pada kadar glukosa darah tertentu, kadar glukagon lebih tinggi pada penderita diabetes daripada kadar pada nondiabetes. Selanjutnya, glukosa tidak dapat menekan sekresi glukagon pada penderita diabetes, sedangkan protein mempunyai, sedangkan protein mempunyai efek perangsangan normal. Hal ini benar meskipun terdapat insulin dalam jumlah besar, jadi hal itu tidak dapat dijelaskan karena defisiensi insulin. Jadi disini terdapat hiperglukagonemia relatif pada penderita diabetes yang menambah hiperglisemia, dan terlihat bahwa paling sedikit pada beberapa penderita diabetes, terdapat kelainan mekanisme sekresi insulin dan mekanisme sekresi glukagon.
Hipoglikemi
“Reaksi insulin” sering trjadi pada diabetes anak-anak, dan pada banyak penderita diabetes kadang-kadang peristiwa hipoglikemi adalah akibat pengaturan diabetes yang baik. Kenaikan uptake glukosa pada otot rangka waktu kerja tidak tergantung dari insulin. Harus dipikirkan Lebih dahulu efek ini pada penderita diabetes yang mendapat insulin dengan menyesuaikan diet atau dosis insulin mereka bila mereka melakukan bekerja.
Gejala-gejal hipoglikemia juga terjadi pada nondiabetik dan tinjauan dari beberapa penyebab yang lebih penting menekankan berbagai pengaruh homeostatis glukosa darah. Hipoglikemia ringan yang kronis dapat menyebabkan inkoordinasi dan bicara yang “slurred” dan keadaan ini dapat disalahtafsirkan dengan mabuk. Penyimpangan mental dan konvulsi dengan tanpa adanya koma yang nyata juga terjadi. Bila kadar sekresi insulin meningkat secara kronis yang disebabkan karena tumor yang mensekresi insulin (insulinoma) atau hiperplasia sel-sel B, gejala-gejalanya paling sering pada waktu pagi hari. Ini disebabkan karena waktu malam karena tidak makan menyebabkan penurunan cadangan glikogen hati. Akan tetapi, gejala-gejala dapat timbul setiap saat dan pada penderita seperti ini diagnosis dapat salah. Beberapa kasus insulinoma telah didiagnosis salah sebagai lepra atau psikosis. Hipoglikemia juga terdapat pada beberapa penderita dengan tumor-tumor ganas yang luas dan sebagian dari tumor ini jelas mengekskresi IGF H, suatu somatomedin dengan aktivitas yang menyerupai insulin. Pada penyakit hati, kurva tolereansi glukosa yang mirip kurva toleransi diabetes tetapi kdar glukosa darah puasa rendah. Pada hipoglikemia fungsional kenaikan glukosa darah adalah normal setelah dosis test glukosa tetapi penurunan selanjutnya “over shoots” sampai tingkat hipoglikemia, menimbulkan gejala-gejala 3-4 jam setelah makan. Gambaran ini kadang-kadang terlihat pada individu yag kemudian menderita diabetes. Sebagian penderita dengan sindroma ini adalah orang yang tegang, teliti dengan gejala-gejala autonom yang aktivitasnya berlebihan. Telah dikemukakan bahwa ”overshoot” glukosa darah disebabkankarena sekresi insulin yang dirangsang oleh imouls dalam nervus vagus kanan, tetapi agen penghambat kolinergik secara rutin tidak memperbaiki kelainan ini. Pada beberapa penderita tirotiksikosis dan pada penderita yang telah mengalami gastrektomi atau operasi lainnya dimana pemasukan makanan ke dalam usus cepat, cepatan absorbsi glukosa abnormal. Glukosa darah meningkat sampai puncaknya pada waktu permulaan, tetapi kemudian turun dengan cepat ke tingkat hipoglikemia sebab gelombang hipoglikemia merangsang sekresi insulin lebih besar daripada normal. Gejala-gejala yang khas timbul kira-kira 2 jam setelah makan.
Diabetes Melitus
Diabetes yang terjadi spontan sering terdapat pada manusia daripada species lain. Di Amerika, telah dihitung bahwa hampir 5% penduduk menderita penyakit ini. Penyakit ini tidak hanya pada suatu saat akan menyebabkan asidosis dan koma yang berbahaya, tetapi penyakit ini dihubungkan dengan lesi-lesi vaskular yang dapat menyebabkan kebutaan dan payah ginjal dan aterosklerosis yang dipercepat timbulnya.
Penyebab diabetes klinik selalu defisiensi insulin, tetapi defisiensi ini biasanya relatif bukan absolut. Jadi, diabetes terjadi bila pulau langerhans pankreas mengalami kerusakan sehingga jumlah insulin yang disekresi berkurang, atau bila efek insulin pada jaringan berkurang dan peningkatan kompensasi sekresi insulin tidak cukup. Seperti hipertensi, keadaan ini jelas merupakan suatu sindroma dengan penyebab multipel. Sebagian penyebabnya nyata, misalnya diabetes yang menyertai pembedahan pembuangan pankreas, atau diabetes yang disebabkan oleh somatostatinoma pankreas. Sekresi insulin yang abnormal sekarang telah ditemukan pada beberapa kasus. Kasus lain disebabkan karena sekresi hormon pertumbuhan atau glukokortikoid yang berlebihan, dengan akibat resisten terhadap insulin dan akhirnya sel B mengalami kematian. Akan tetapi, pada sebagian besar kasus manusia, penyebabnya tidak demikian jelas.
Terdapat 2 jenis umum diabetes spontan pada manusia; maturity onset (insulin independent) diabetes dan juvenile (insulin dependent) diabetes. Maturity-onset biasanya timbul setelah usia 40 tahun, timbulnya lambat, jarang dikaitkan dengan ketosis, dan biasanya dihubungkan dengan morfologi sel B dan kandungan insulin yang normal bila sel B tidak mengalami kelelahan. Kadar insulin plasma seringkali normal atau meningkat, disertai respon insulin terhadap glukosa yang berlebihan dan memanjang. Hampir semua penderita dengan semua diabetes ini adalah gemuk dan toleransi glukosanya kembali ke normal atau mendekati normal bila mereka mengurangi berat badannya. Reseptor insulin pada sel-sel jaringan adiposanya berkurang dan jumlah reseptor insulin bertambah dengan mengurangi berat badan. Perubahan yang sama dalam jumlah reseptor terdapat pada orang gemuk non diabetes dan sukarelawan-sukarelawan yang dipaksakan makan mempunyai jumlah reseptor insulin yang berkurang per sel adiposa waktu berat badan mereka bertambah, jumlah reseptor insulin akan kembali ke normal bila berat badan secara perlahan-lahan dikurangi. Oleh karena itu, telah dibuat hipotesis bahwa individu yang menderita maturity-onset diabetes maknnya berlebihan, dengan akibat terjadinya perangsangan sekresi insulin yang bertambah dan kadar insulin plasma yang meningkat menyebabkan penurunan pengaturan reseptor. Respon kompensasi mengakibatkan penurunan kepekaan insulin lebih lanjut meningkatkan sekresi insulin. Individu normal menunjukan respon yang sama, tetapi diabetes yang nyata terjadi bila cadangan pankreas dilampaui. Juga terdapat unsur genetik yang kuat atau paling tidak familial pada bentuk diabetes ini. Bila salah satu kembar identik menderita maturity-onset diabetes, lainnya hampir selalu menderita juga – yaitu concordance rate mendekati 100%. Sebaliknya pada juvenile diabetes, concordance rate sekitar 50%.
Juvenile diabetes biasanya timbul sebelum usia 40 tahun, tidak dikaitkan dengan obesitas dan sering mengalami komplikasi ketosis dan asidosis. Insulin plasma rendah atau tidak dapat diukur dan sering menunjukan perubahan patologis pada sel-sel B. Pada diabetes jenis ini, riwayat keluarga mengenai diabetes lebih jarang, tetapi tidak seperti maturity-onset diabetes, terdapat insiden antigen HLA tertentu yang lebih tinggi dari normal. Antigen HLA merupakan suatu protein pada permukaan semua sel berinti yang memberikan ciri pada jaringan sehingga bila ditransplantasikan, ia ditolak oleh tuan rumah sebagai benda asing. Gen yang memberikan kode pada antigen ini terdapat pada lokus yang dinamakan A, B, C, dan D pada kromosom 6, dan antigen diidentifikasi dipandang dari segi lokus tersebut. Antigen yang berhubungan dengan peningkatan insiden juvenile diabetes terdapat dalam kelompok B dan D. Antigen HLA dekat dengan gen yang mengatur respon imun dan terdapat beberapa bukti bahwa juvenile diabetes merupakan suatu penyakit autoimun. Selain itu, sejumlah infeksi virus akut dihubungkan dengan juvenile diabetes, dan virus gondongan (mumps) dan beberapa virus coxachie telah terbukti menyerang pulau Langerhans. Akan tetapi, jalan dimana sistem HLA, mekanisme imun, dan infeksi virus bekerja mengakibatkan hilangnya sel-sel B dan akhirnya menimbulkan diabetes masih sedang diselisiki.
Kebutuhan Insulin
Dosis insulin yang diperlukan untuk mengontrol diabetes berbeda dari penderita ke penderita dan dari waktu ke waktu pada penderita yang sama. Faktor-faktor yang mempengaruh kebutuhan insulin akan mempengaruhi toleransi glukosa. Jadi kebutuhan onsulin meningkat bila penderita bertambah berat; bila mereka mensekresi atau mendapat peningkatan jumlah glukokortikoid dan hormon-hormon lain yang bersifat diabetogenik; waktu hamil; dan adanya infeksi dan demam. Kebutuhan menurun bila berat badan penderita berkurang dan waktu melakukan kerja.
Hubungan Glukagon dengan Diabetes
Hubungan glukagon dengan diabetes pada binatang percobaan dan adanya bukti sekresi glukagon pada binatang pankreatektomi. Somatostatin juga menurunkan glukosa plasma pada penderita diabetes, tetapi kadar glukosa tidak turun terus. Selain itu terdapat peningkatan asam-asam amino dan keton dalam darah. Jadi, defisiensi insulin tanpa adanya hiperglukagonemia tetap menyebabkan hiperglikemia dan ketosis. Akan tetapi pada kadar glukosa darah tertentu, kadar glukagon lebih tinggi pada penderita diabetes daripada kadar pada nondiabetes. Selanjutnya, glukosa tidak dapat menekan sekresi glukagon pada penderita diabetes, sedangkan protein mempunyai, sedangkan protein mempunyai efek perangsangan normal. Hal ini benar meskipun terdapat insulin dalam jumlah besar, jadi hal itu tidak dapat dijelaskan karena defisiensi insulin. Jadi disini terdapat hiperglukagonemia relatif pada penderita diabetes yang menambah hiperglisemia, dan terlihat bahwa paling sedikit pada beberapa penderita diabetes, terdapat kelainan mekanisme sekresi insulin dan mekanisme sekresi glukagon.
0 komentar:
Posting Komentar